2018, Pemerintah Targetkan Tak Lagi Impor Jagung

Miftah Ardhian
18 Oktober 2016, 16:28
Operasi Pasar Perum Bulog
Arief Kamaluddin | Katadata

Pemerintah menargetkan Indonesia tak lagi mengimpor jagung selambat-lambatnya mulai 2018. Petani diyakini bisa memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri. Pemerintah jua bakal membantu menyiapkan satu juta hektar total lahan untuk ditanami jagung.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan satu juta hektar lahan tersebut bisa menghasilkan satu juta ton jagung setiap kali panen. Dalam setahun, diperkirakan petani bisa memanen sebanyak enam kali. Sehingga total produksi jagung nasional bisa mencapai enam juta ton per tahun. 

Advertisement

"Paling lambat 2018 tidak impor jagung lagi. Karena kebutuhannya kurang lebih hanya sekitar 3-4 juta ton," ujar Amran ketika ditemui usai rapat koordinasi terkait pangan di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (18/10).

Sebagai informasi, tahun ini pemerintah melalui Perum Bulog masih mengimpor komoditas jagung. Namun, menurut Amran, jumlahnya sangat kecil, yaitu sekitar 900 ribu sampai satu juta ton. Jumlah tersebut menurun jauh dibanding realisasi impor pada tahun lalu yang mencapai 3,6 juta ton. Artinya, ada penurunan impor jagung sebesar 2,6 juta ton.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan impor jagung tahun ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nasional sekaligus sebagai cadangan (stock) guna menekan harga jagung di pasaran. "Sudah berkurang ini impornya," ujar Enggar. (Baca juga: Genjot Produksi Pangan, Pemerintah Benahi Infrastruktur Pertanian)

Amran mengatakan pemerintah bakal menyelesaikan satu per satu permasalahan pangan, terutama soal impor pangan. Khusus untuk komoditas cabai dan bawang, Amran mengaku tidak ada lagi impor. Bahkan Indonesia sudah bisa mengekspor komoditas tersebut. "Setelah cabai, sekarang bawang sudah tidak impor, sekarang kita ekspor. Yang ada (impor) itu bibit, karena kita ingin supaya produksinya lebih tinggi. Tapi bawang komersil tidak ada (impor)," ujarnya.

Komoditas lain seperti kedelai memang masih harus dipasok sebagian dari luar negeri. Impor kedelai tetap ada, karena tidak termasuk dalam komoditas prioritas, yang impornya harus dikurangi.

Lebih jauh, Amran menjelaskan, pemerintah juga tengah fokus pada peningkatan produksi beras nasional. Ia mengakui terdapat kenaikan impor pada kategori beras khusus, yakni beras untuk penyandang penyakit diabetes. Namun, jumlahnya sangat kecil. Sedangkan untuk impor beras medium tidak meningkat. (Baca juga: Pemerintah Akan Bangun Kolam 3,9 Juta Hektare Untuk Irigasi Pertanian)

Reporter: Miftah Ardhian
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement