Clinton atau Trump, Siapa Paling Bahaya Bagi Bursa Saham?

Maria Yuniar Ardhiati
7 November 2016, 17:01
bursa saham
Arief Kamaludin|KATADATA

Menjelang hari pemilihan umum presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) pada Rabu (9/11) mendatang atau Kamis (10/11) dinihari waktu Indonesia, bursa saham dan pasar keuangan bergejolak. Hasil pilpres tersebut dan kepastian pemenangnya pun ternyata tidak menjamin kondisi pasar, khususnya di Amerika, bakal lebih baik.

Pada penutupan perdagangan di bursa Amerika, Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones merosot 0,24 persen dari hari sebelumnya atau turun 1,93 persen dalam sebulan terakhir. Sedangkan indeks S&P 500 terkoreksi 0,17 persen atau 3,18 persen dalam sebulan terakhir. 

Advertisement

Para analis pun mulai mengeluarkan prediksi kondisi bursa saham dan pasar keuangan terhadap dua skenario hasil pilpres, baik untuk kemenangan Hillary Clinton dari kubu Partai Demokrat atau Donald Trump yang diusung Partai Republik. Barclays Plc., dalam laporannya seperti dilansir Bloomberg , Senin (7/11), menyatakan, jika Partai Republik memenangkan pilpres maka dampaknya akan menyerupai akibat keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa (Brexit) pada Juni lalu.

Di sisi lain, pasar juga diprediksi akan menerima dampak yang tidak kalah buruknya apabila Clinton yang menang dan menggantikan Barrack Obama sebagai Presiden Amerika. (Baca: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Global Akibat Brexit)

Sedangkan JPMorgan Chase & Co. mengeluarkan prediksi yang cukup mengejutkan. Pasar diperkirakan akan memberikan reaksi yang serupa, baik terhadap kemenangan Trump maupun Clinton. Padahal, sebelumnya para pengamat lebih mengkhawatirkan dampak kemenangan Trump terhadap kondisi pasar karena kebijakannya dianggap tidak sejalan dengan pasar. 

Pasar negara berkembang juga akan terdampak oleh hasil pilpres Amerika. Jika Clinton menang, maka para investor berpotensi memburu saham-saham sektor pertahanan Cina, karena dia dinilai sebagai kandidat yang lebih militan.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Strategi CLSA Ltd. untuk Cina dan Hongkong, Francis Cheung. Para produsen komoditas dari negara-negara berkembang menantikan kenaikan permintaan dari Amerika seiring meningkatnya belanja infrastruktur.

Namun, ketidakpastian akan terjadi kalau Trump yang menjadi Presiden Amerika. "Saya tidak tahu negara mana yang akan diuntungkan apabila Trump menang,” kata analis dari SMC Markets, Margaret Yang.

Pakar minyak dan gas Rusia dari Saxo Group, Nadia Kazakova, menyatakan kekagetan global mampu menghantam pasar Rusia lebih keras dibandingkan negara lainnya.

Sedangkan Citigroup memprediksi indeks saham di negara-negara Berkembang (MSCI) akan segera merosot setidaknya 10 persen, dengan dominasi saham-saham Meksiko, kalau trump memenangkan pilpres. Institute for International Finance menjelaskan, hampir 80 persen ekspor Meksiko dialokasikan untuk Amerika.

Sementara itu, pakar investasi dari Citi Private Bank di Hong Kong, Ken Peng, menyebut Cina akan menjadi negara di Asia yang menderita apabila Trump menang. Sebab, Trump diramal akan mengeluarkan kebijakan perdagangan yang membatasi ruang gerak Cina. 

Analis dari CIMB Securities Ltd. Ben Bei pun menimpali, kebijakan proteksionisme Amerika akan berdampak buruk terhadap perekonomian negara yang sangat bergantung pada ekspor.

Berikut ini proyeksi terhadap pasar saham, surat utang, dan mata uang di pasar global, serta harga komoditas untuk setiap potensi kemenangan masing-masing kandidat Presiden Amerika, seperti dikutip dari Bloomberg.

I. Pasar Saham

Jika Clinton menang:

“Pasar sudah menetapkan harga untuk kemenangan Clinton,” ujar analis dari SMC Markets, Margaret Yang.  Ia menilai potensi perubahan pasar saham kecil jika Clinton menang. Bahkan, Barclay Plc memperkirakan Indeks S&P 500 bisa meningkat 3 persen dengan kemenangan tersebut.

Meski demikian, saham di sektor farmasi dan bioteknologi akan terpukul. Para peneliti dari BlackRock Inc. menggarisbawahi keluhan Clinton atas meroketnya biaya di dua sektor tersebut. Bahkan, Citigroup Inc. telah memangkas peringkat industri kesehatan Eropa pada September lalu, dengan mempertimbangkan risiko hasil pemilu Amerika.

Di sisi lain, rencana Clinton mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil berpotensi memperkuat posisi harga saham produsen energi alternatif. Morgan Stanley melihat peluang pada dua perusahaan, yaitu Sunrun Inc. serta NextEra Energy Inc.

Jika Trump menang:

Margaret Yang mengatakan kemenangan Trump akan memicu aksi jual besar-besaran di tengah tingginya harga saham di bursa Amerika saat ini. Pasar akan bereaksi lebih keras dibandingkan saat Inggris keluar dari Uni Eropa, yang kala itu indeks S&P 500 anjlok 5,3 persen dalam dua hari.

Sementara itu, Barclays memperkirakan Indeks S&P 500 akan turun tajam sebesar 13 persen dengan kemenangan Trump. Namun, ahli strategi ekuitas Citigruoup Tobias Levkovich menilai penurunan tersebut tidak akan lebih dari 5 persen.

Kepala Divisi Valuta Asing JPMorgan, John Normand, mengatakan sulit memprediksi dampak jangka panjang kemenangan Partai Republik. Penyebabnya, rancangan kebijakan Trump yang inkonvensional, termasuk dalam hal perdagangan, imigrasi dan fiskal.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement