BI Borong Surat Utang, Kejatuhan Rupiah Tertahan di Level 13.300
Tekanan terhadap nilai tukar rupiah mereda setelah Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi di pasar surat utang dan pasar valuta asing. Rupiah yang sempat anjlok 5,6 persen ke level 13.865 per dolar Amerika Serikat (AS), kembali menguat ke posisi 13.300-an per dolar AS atau melemah 1,8 persen pada penutupan perdagangan, Jumat (11/11) sore.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengungkapkan, BI melakukan intervensi karena nilai tukar rupiah melemah melewati nilai fundamentalnya. “Setelah BI mengumumkan membeli SBN (Surat Berharga Negara) dan hadir di (pasar) valas, saya lihat (rupiah kembali menguat ke posisi) 13.500 per dolar AS,” katanya di Jakarta, Jumat (11/11).
Mirza mengatakan, proses lelang SBN tersebut berlangsung selama satu jam. BI berencana mengumumkan hasil lelang surat utang tersebut, Jumat sore. Hal itu dilakukan sebagai komitmen BI untuk selalu berada di pasar menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Sekadar informasi, kurs rupiah berada di level 13.383 per dolar AS pada penutupan perdagangan di pasar spot, Jumat ini. Sedangkan berdasarkan kurs referensi BI, JISDOR, rupiah melorot ke posisi 13.350 per dolar AS atau melemah 1,8 persen dibandingkan hari sebelumnya. (Baca juga: Cemas Kebijakan Trump, Rupiah dan Mata Uang Asia Berguguran)
Menurut Mirza, kurs rupiah yang sempat menembus level 13.800 per dolar AS sangat tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia. Saat ini, fundamental ekonomi dinilai cukup baik, terlihat dari pertumbuhan ekonomi kuartal III lalu sebesar 5,04 persen sejak awal tahun (year to date/ytd), inflasi di kisaran tiga persen, dan desifit transaksi berjalan (current account defisit/CAD) yang turun menjadi 1,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
