Ekonomi Dunia Tak Menentu, BI Tahan Suku Bunga Acuan

Desy Setyowati
Oleh Desy Setyowati - Miftah Ardhian
17 November 2016, 20:36
Agus Bank Indonesia
Arief Kamaludin (Katadata)

Seperti sudah diperkirakan para analis dan ekonom, Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Repo Rate di level 4,75 persen. Keputusan ini berdasarkan penilaian menguatnya tekanan pasar dan perekonomian dari luar negeri. Padahal, sebelumnya BI agresif menggunting suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, kondisi eksternal semakin tidak pasti. Apalagi bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve, kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate) akhir tahun ini. Langkah ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran di AS yang diperkirakan membaik serta kenaikan inflasi.

Di sisi lain, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS juga telah menimbulkan gejolak di pasar keuangan dunia. Dolar AS menguat terhadap banyak mata uang dunia, termasuk rupiah. BI mencatat, rupiah melemah 2,23 persen pada periode 8-16 November lalu. Meski begitu, BI mengklaim pelemahan rupiah tak sebesar mata uang negara lain yang pasarnya tengah berkembang (emerging market).

“Setelah ada hasil pemilihan presiden di AS, memang menimbulkan cukup banyak ketidakpastian dan juga dalam perkembangan ekonomi AS yang cenderung membaik terkonfirmasi bahwa akan ada kenaikan Fed Rate sekali di Desember,” kata Agus dalam konferensi pers hasil rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Kamis (17/11).

Menurut dia, kondisi eksternal ini jadi fokus bahasan dalam rapat dewan gubernur kali ini sehingga memutuskan menahan bunga acuan. Tekanan dari eksternal tersebut diprediksi akan berlanjut tahun depan.  (Baca juga: Risiko Pasar Meningkat, BI Diprediksi Tahan Bunga Acuan)

Adapun kondisi internal diklaim cukup baik. Hal itu terlihat dari inflasi dan defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD) yang terkendali. Sampai akhir tahun ini, inflasi diperkirakan berada pada kisaran 3-3,2 persen. Sedangkan defisit transaksi berjalan diprediksi mencapai dua persen.

Agus memandang pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah dilakukan sebelumnya dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik. Seperti diketahui, suku bunga acuan dan Giro Wajib Minimum (GWM) sudah dipangkas BI sebesar 1,5 persen sejak awal tahun.

Ke depan, BI akan terus melakukan koordinasi kebijakan dengan pemerintah untuk menjaga kecukupan likuiditas dan memperkuat stimulus pertumbuhan. Koordinasi juga dilakukan untuk memastikan pelaksanaan reformasi struktural berjalan dengan baik, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...