BI: Bank Pilih Perbesar Keuntungan Daripada Pangkas Bunga Kredit

Desy Setyowati
5 Desember 2016, 14:10
Layanan bank
Arief Kamaludin|KATADATA

Bank Indonesia (BI) menyoroti lambannya bank menurunkan bunga kredit meskipun bunga deposito sudah berkurang lebih satu persen sejak awal tahun ini. Penyebabnya, bank diduga memilih memperbesar margin keuntungan untuk menambal kerugian akibat kredit bermasalah.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung merinci, bunga kredit baru turun 0,62 persen sejak awal 2016. Padahal, dalam waktu yang sama, bunga deposito sudah berkurang 1,3 persen. Penurunan ini seiring dengan kebijakan bank sentral yang telah berkali-kali memangkas suku bunga acuan hingga berada di level terendah sepanjang sejarah yaitu 4,75 persen.

“Kami lihat ada pelebaran margin keuntungan dari bank saat ini, (suku bunga) deposito diturunkan terus tapi (bunga) kreditnya masih tinggi. Sebagian (margin) untuk cover kenaikan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL),” ujarnya di Bali, Sabtu lalu (3/12). (Baca juga: Ketika Bank-bank Diterjang Lonjakan Kredit Bermasalah)

Di sisi lain, Juda melihat, lambannya perbankan dalam merespons penurunan suku bunga acuan membuat pembiayaan non-bank menjadi lebih menarik. Alhasil, pembiayaan non-bank tumbuh tinggi saat kredit bank tumbuh melambat.

Sebagai perbandingan, pembiayaan non-bank tumbuh 26,2 persen dari Rp 237,9 triliun tahun lalu menjadi Rp 300,3 triliun per Oktober 2016. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibanding kredit bank yang hanya naik 7,5 persen pada Oktober dan diperkirakan tumbuh 8,3 persen pada November lalu. (Baca juga: Banyak Perusahaan Berburu Pendanaan Murah dari Pasar Modal)

Adapun pembiayaan non-bank yang sebesar Rp 300,3 triliun terdiri dari penerbitan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) dan sertifikat deposito (Negoitable Certificate Deposit/NCD) sebesar Rp 166,9 triliun. Selain itu, obligasi korporasi Rp 83 triliun, penerbitan saham baru (rights issue) dan aksi kepemilikan saham lainnya senilai Rp 50,4 triliun.

Melihat perkembangan ini, Juda mengingatkan agar bank melakukan efisiensi untuk menurunkan bunga kredit. Sebab, bila tidak, pelaku usaha kemungkinan besar akan beralih ke pembiayaan non-bank yang biayanya lebih murah.

Namun, di sisi lain Juda merespons positif diversifikasi pembiayaan ke nonbank. Sebab, diversifikasi pembiayaan membuat pasar keuangan menjadi lebih dalam dan punya daya tahan kuat (resilient).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...