Dinilai Tak Kredibel, Riset JP Morgan Cuma Sedikit Bahas Indonesia

Maria Yuniar Ardhiati
3 Januari 2017, 20:19
Televisi Bursa Efek Indonesia, IDX Channel
Arief Kamaludin|Katadata

Pemerintah memutuskan semua kemitraan jasa keuangan dengan JP Morgan Chase Bank NA. Sebab, bank investasi asal Amerika Serikat (AS) itu dianggap membuat riset yang jelek tentang Indonesia namun tidak dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, riset tersebut tidak memuat upaya pemerintah menjaga perekonomian dari tekanan global.

Pada 13 November 2016, JP Morgan Securities merilis riset tentang kondisi pasar keuangan di negara-negara tengah berkembang (emerging market) pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Di bawah judul "Trump Forces Tactical Changes", riset itu langsung menyimpulkan: penurunan rekomendasi investasi Indonesia dan Turki menjadi "Underweight" serta Brasil menjadi "Neutral". Sebaliknya, rekomendasi untuk Malaysia dinaikkan menjadi "Overweight".

Rekomendasi JP Morgan itu berdasarkan penilaian adanya beberapa negara yang mengalami dampak negatif atas kebijakan ekonomi yang akan diterapkan Trump. Sebab, pasca terpilihnya Trump pada 9 November 2016, imbal hasil surat utang tenor 10 tahun langsung bergerak naik dari 1,85 persen menjadi 2,15 persen. 

Alhasil, pasar obligasi mengalami kenaikan harga lebih cepat dan defisit yang lebih tinggi. Lonjakan volatilitas ini meningkatkan premi risiko di emerging market, seperti Credit Default Swap (CDS) Brasil dan Indonesia. Ujung-ujungnya, kondisi ini berpotensi mendorong aliran keluar dana asing dari pasar negara-negara tersebut.

(Baca: Kementerian Keuangan: JP Morgan Buat Riset Tak Kredibel)

"Sebagai bentuk respons (dari kondisi itu), JP Morgan menurunkan rekomendasi untuk Indonesia dari overweight menjadi underweight dan Brasil dari overweight menjadi neutral," tulis JP Morgan dalam laporan tersebut, yang salinannya dimiliki Katadata.

Tak cuma itu, dalam riset kepada para investornya tersebut, JP Morgan menyarankan agar memegang dana tunai dari hasil investasinya di Brasil dan Indonesia. Sebaliknya, mereka merekomendasikan untuk menambah investasi di Rusia dan Malaysia.

Dalam riset itu, JP Morgan memang memberikan rekomendasi underweight kepada Indonesia, Korea, Filipina dan Turki. Sedangkan Cina, Rusia dan Malaysia mendapat rekomendasi overweight.

Sekadar informasi, overweight artinya selama 6 hingga 12 bulan mendatang pasar keuangan di suatu negara akan bergerak di atas rata-rata ekspektasi dari para analis. Dalam rentang yang sama, Neutral berarti pergerakannya sesuai espektasi dan underweight artinya di bawah espektasi atau diperkirakan lebih buruk.

(Baca: Riset Dianggap Ganggu Stabilitas, JP Morgan Diputus Pemerintah)

Namun, riset sepanjang delapan halaman itu tidak menjelaskan lebih detail perihal faktor-faktor lain yang menyebabkan rekomendasi investasi di Indonesia diturunkan dua tingkat. Dari data Bloomberg, riset itu hanya menampilkan dua grafik terkait Indonesia. Pertama, grafik rentang pergerakan CDS Indonesia terhadap mata uang rupiah hingga Oktober 2016. Kedua, grafik perbandingan indeks MSCI dalam dolar AS antara Brasil dan Indonesia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...