Banyak Risiko, BI Lebih Hati-Hati Jalankan Kebijakan Moneter

Desy Setyowati
4 Februari 2017, 09:00
Agus Martowardojo ----------------------- Arief Kamaludin|KATADATA
Agus Martowardojo ----------------------- Arief Kamaludin|KATADATA

Bank Indonesia (BI) bakal lebih hati-hati dalam menetapkan kebijakan moneter. Alasannya, ada faktor internal dan eksternal yang harus diwaspadai.

Peluang pemangkasan suku bunga acuan alias BI 7-Day Repo Rate pun mengecil. Padahal, sepanjang tahun lalu, BI secara agresif melakukan pemangkasan bunga hingga berada di level 4,75 persen.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, dari dalam negeri, pihaknya mewaspadai tekanan inflasi akibat kenaikan sejumlah harga-harga yang diatur pemerintah (administered prices). Sedangkan dari luar negeri, ada rencana bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve/The Fed, menaikkan secara agresif suku bunga dananya (Fed Fund Rate). 

“Dengan pertimbangan itu secara umum kebijakan kami cautious, accomodative. Sekarang ini kami hati-hati, longgar,” kata Agus dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (3/2).

Ia pun memaparkan, tekanan inflasi tahun ini terutama berasal dari kenaikan tarif listrik dan biaya pengurusan surat kendaraan bermotor. Selain itu, ada juga risiko inflasi dari kebijakan bahan bakar minyak (BBM) satu harga. (Baca juga: Inflasi Januari 2017 Sebesar 0,97 Persen, Tertinggi Sejak 2015)

Ke depan, Agus menekankan, BI dan pemerintah bakal berfokus menurunkan inflasi inti yang terkait nilai tukar (core inflation) dan inflasi non-inti yaitu harga pangan bergejolak (volatile food). Tujuannya untuk mengkompensasi kenaikan inflasi harga-harga yang diatur pemerintah. (Baca juga: Pemerintah Optimistis Inflasi Tinggi Tak Akan Berlanjut Tahun Ini)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...