Rabu 8/2/2017, 01.00 WIB

SETIDAKNYA ada dua basis teknologi yang umum dimanfaatkan dalam sistem jalan berbayar (road pricing) di sejumlah negara, yakni teknologi komunikasi jarak pendek atau Dedicated Short Range Communications (DSRC) dan teknologi satelit atau Global Navigation Satellite System (GNSS). Singapura merupakan negara pertama yang memelopori DSRC sebagai basis teknologi jalan berbayar. Beberapa negara di Eropa mengikutinya.

Namun, seiring dengan kemajuan zaman, sejumlah negara mulai menggunakan teknologi satelit (GNSS) sebagai basis pengelolaan jalan berbayar. Sedikitnya ada enam negara di Eropa yang sudah menerapkan GNSS, yakni Jerman, Slovakia, Hungaria, Belgia, Rusia dan Swiss. Singapura menyusul pada 2020.

Advertisement
 
nocrop
 

Negara-negara lain di Eropa juga mulai melirik GNSS dalam sistem jalan berbayarnya untuk mengganti atau mengkombinasikan DSRC dengan satelit. Berikut ini profil beberapa negara yang telah menerapkan dan akan mengadopsi GNSS:

1. Jerman 

Jerman merupakan negara pertama yang memperkenalkan sistem jalan berbayar (Electronic Road Pricing/ERP) yang menggunakan teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS). Sistem jalan berbayar di negera ini dikenal dengan sebutan LKW Maut.

Keputusan menerapkan GNSS didasarkan pada fleksibilitas implementasi penerapan jalan berbayar ini tanpa perlu memasang infrastruktur, seperti gantry atau juga gerbang tol yang rumit. LKW-Maut diterapkan untuk truk dengan berat kotor kendaraan yang sama atau lebih dari 12 ton sejak 1 Januari 2005. Pembebanan biaya tol dipungut berdasarkan jarak, jumlah as dan kelas emisi kendaraan (rata-rata biaya 13,5 uero per kilometer yang meningkat pada September 2007).

Sistem yang dikenakan untuk truk ini diharapkan menghasilkan US$ 3,4 miliar per tahun atau Rp 46 triliun (berdasarkan biaya 24 sen per mil). Dana ini selanjutnya digunakan untuk perbaikan sistem transportasi di Jerman.

Untuk penegakan hukum, terdapat mobil patroli yang terdiri atas 300 armada kendaraan dengan 540 petugas dari Federal Office of Freight (BAG). Para petugas patroli autobahn memeriksa kendaraan dan pengemudinya untuk melihat apakah mereka telah membayar biaya tol atau telah memasang on board unit (OBU).

OBU juga mampu bekerja dengan sistem satelit Galileo untuk penentuan posisi yang lebih akurat pada GPS. Sistem LKW Maut milik Jerman ini sangat sukses. Dalam setahun mampu mengendalikan 12 juta kendaraan berat. Bahkan akurasi tingkat penegakan hukum bagi para pelanggar mencapai 99 persen.

2. Slovakia

Slovakia merupakan negara kedua yang memperkenalkan jalan berbayar berbasis GNSS di Eropa, yang diberi nama "eMyto". Layanan ini diluncurkan pada 1 Januari 2010. Pembebanan biaya tol berdasarkan jarak diterapkan untuk semua truk dan bus dengan berat 3,5 ton atau lebih.

 
Emyto
On Board unit sistem eMyto di negara Slovakia. www.emyto.sk

Tarif dibedakan berdasarkan jumlah as roda, jenis kendaraan (truk /bus), kelas emisi kendaraan, berat kendaraan (3,5-12 ton) dan jenis jalan (jalan raya/kelas jalan kelas 1). Jumlah kendaraan berat yang terdaftar dan memakai OBU sebanyak 246.900 unit.

Sistem ini berlaku secara nasional dan menggunakan teknologi GPS/GSM. Jalan berbayar berbasis GNSS telah terbukti andal. Pada 2010, pengumpulan biaya tol "diperluas" ke Republik Ceko. Pendapatan setahun jalan berbayar ini sekitar 190 juta euro atau sekitar Rp 2,73 triliun. Tingkat efisiensi jalan berbayar ini mencapai 99,84 persen.

3. Hungaria 

Hungaria meluncurkan sistem HU-GO pada 1 Juli 2013. Jalan berbayar berbasis GNSS ini dikelola oleh National Toll Payment Services PLC (NTPS). Target dari jalan berbayar ini adalah membatasi truk dan kendaraan berat lebih dari 3,5 ton. Jumlah kendaraan berat yang terdaftar sampai dengan 2015 sebanyak 380 ribu unit dengan on board unit (OBU) sebanyak 86.000 unit. Jalan berbayar ini mampu memberi pendapatan NTPS sekitar 286 juta euro per tahun atau sekitar Rp 4,1 triliun. 

HUGO
On Board unit sistem Hu Go di negara Hungaria. www.gpslogistic.net
 

4. Rusia

Skema jalan berbayar berbasis GNSS di Rusia, yang diperkenalkan pada 15 November 2015 untuk membatasi truk dan kendaraan berat, merupakan yang terbesar di dunia. Rusia menggunakan satelit miliknya sendiri, GLONASS sebagai basis teknologi jalan berbayar ini.

Sistem jalan berbayar di negeri bekas Uni Soviet ini dikelola oleh RT Invest Transportation System, anak usaha Rostec sebagai pemegang konsesi tunggal. Perusahaan ini mengumpulkan pungutan jalan tol berbayar itu dengan tujuan memperbaiki kembali jalan yang rusak akibat dilalui oleh kendaraan-kendaraan berat.

Sistem jalan berbayar di Rusia ini membatasi truk-truk dan kendaraan berat di atas 12 ton. Targetnya, sebanyak 2 juta kendaraan berat terpasang OBU. Pada tahap awal pendapatan jalan ini ditargetkan sekitar 0,9 miliar euro per tahun atau Rp 12,8 triliun.

5. Belgia 

Sistem jalan berbayar Belgia berbasis GNSS bernama Viapass, yang beroperasi pada 1 April 2016. Pengelolaan jalan berbayar di negara ini dikelola Satellic NV. Kendaraan berat di atas 3,5 ton dikenakan biaya tol pada jalan berbayar ini. Pada tahap awal ditargetkan sebanyak 700 ribu truk dan kendaraan berat dipasangi OBU. Target pendapatan sekitar 800 juta euro per tahun.

6. Republik Ceko

Sistem jalan berbayar di negara ini pada awalnya berbasis Dedicated Short Range Communication (DSRC). Namun, belum lama ini Kementerian Transportasi Republik Ceko menunjuk konsultan internasional untuk menyiapkan tender sistem jalan berbayar yang baru. Diskusi di internal Kementerian Transportasi akan menggunakan teknologi GNSS untuk jalan berbayar ini.

7. Polandia

Kerugian ekonomi akibat kemacetan di Polandia per tahunnya mencapai sekitar US$ 10,6 miliar atau Rp 142 triliun. Ini setara dengan 2 persen dari Produk Domestik Bruto. Pemerintah Polandia pun menerapkan jalan berbayar berbasis DSRC untuk membatasi truk dan kendaraan berat. Namun, belum lama ini otoritas transportasi Polandia sudah membuat kajian skema jalan berbayar terbaru dengan menggunakan teknologi berbasis GNSS.

8. Inggris

Kota London menerapkan jalan berbayar berbasis ANPR berkecepatan tinggi sejak 2003. Jalan berbayar di London menjadi acuan kota-kota di dunia yang menerapkan skema yang sama.

Pada 2005 Menteri Transportasi Inggris mengumumkan rencana mengadopsi teknologi GNSS untuk jalan berbayar yang membatasi semua kendaraan yang memasuki kota London (Greater London).

Uji coba penerapan GNSS melalui proyek CEDAR sudah dilakukan. Proyek ini menguji coba teknologi GNSS dan perilaku berkendara berdasarkan jarak di daerah perkotaan Southern England.

OBU berbasis GNSS ditargetkan untuk meningkatkan transportasi logistik dan mengurangi kemacetan lalu lintas, serta memperluas sukses percobaan sebelumnya yang dilakukan oleh Kementerian Transportasi untuk kota London. Kesimpulan proyek ini menyatakan, teknologi GNSS bisa diterima untuk skema jalan berbayar di daerah perkotaan.

Penulis
  • Heri Susanto
  • Padjar Iswara
  • Nur Farida Ahniar
  • Anshar Dwi Wibowo
Video / Foto
  • Donang Wahyu
  • Arief Kamaludin
Grafis / Desain
  • Robby Eebor
  • Ade Rahmat Hidayat
  • Dinda Pratika
Programmer
  • Arif Firmansyah
  • Muhammad Wendy
  • Bayu Mahdani