Raja Salman Datang, Indonesia Incar Empat Kerja Sama Migas

Anggita Rezki Amelia
27 Februari 2017, 13:40
Migas
Dok. Chevron

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memetakan sejumlah kerja sama potensial di sektor minyak dan gas (migas) seiring kedatangan Raja Arab Saudi, Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud, ke Indonesia pada pekan ini. Kerja sama ini meliputi impor minyak mentah hingga peluang memasok avtur ke Arab Saudi.

Kepala Biro Komunikasi Layanan Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Sujatmiko mengatakan, setidaknya ada empat kerja sama  sektor migas  yang akan dibicarakan. Pertama, rencana pembelian minyak mentah dari Saudi Aramco, perusahaan negara milik Arab Saudi. (Baca: Pemerintah Minta Diskon Harga Minyak Mentah ke Raja Arab)

Pemerintah ingin membeli minyak mentah dari Arab Saudi dengan harga lebih murah dibandingkan harga pasar. Jenis minyaknya adalah Arabian Light Crude dengan volume sebesar 110 ribu barel per hari (bph). "Kami minta harga spesial," kata Sujatmiko di Kementerian ESDM, Senin (27/2).

Kerja sama lainnya adalah impor elpiji dari Arab Saudi. Pemerintah berharap setengah dari total impor elpiji dipasok dari Arab. Saat ini PT Pertamina (Persero) mengimpor elpiji hingga mencapai 5 juta metrik ton per tahun.

Selain itu, pemerintah Indonesia akan melobi Arab Saudi agar Pertamina bisa memasok bahan bakar pesawat di Bandara King Abdul Azis, Jeddah, Arab Saudi. Saat ini, sudah ada enam operator yang menyediakan bahan bakar pesawat (avtur) di bandara tersebut. "Frekuensi penerbangan ke Jeddah dari Indonesia meningkat, ini yang mau Pertamina masuk," kata Sujatmiko. 

Pemerintah melalui Pertamina juga akan membuka peluang kerja sama dengan Arab Saudi untuk dapat ikut menggarap kilang minyak di Indonesia. Salah satunya adalah proyek kilang minyak di Bontang, Kalimantan Timur.

Pertamina dan Arab Saudi melalui Saudi Aramco sudah menjalin kerja sama pembangunan kilang minyak di Cilacap, Jawa Tengah. Proyek peningkatan kapasitas dan kompleksitas (Refinery Development Master Plan/RDMP) dari 348 ribu barel per hari menjadi 400 ribu barel per hari dengan nilai US$ 5 sampai 6 miliar. (Baca: Pertamina - Saudi Aramco Bikin Perusahaan Patungan Kilang Cilacap)

Selain kilang minyak di Cilacap, Pertamina dan Saudi Aramco, juga awalnya memiliki kerja sama pengembangan Kilang Balongan dan Dumai. Penandatanganan nota kesepahaman kerja sama untuk tiga kilang ini dilakukan pada 10 Desember 2014.

Grafik: Proyeksi Pembangunan Kilang BBM Pertamina 2015-2025
Proyeksi Pembangunan Kilang BBM Pertamina 2015-2025

Setelah itu kedua belah pihak menandatangani Head of Agreement (HoA) pada 26 November 2015 dan berlaku selama satu tahun. Setelah ada kesepakatan itu, seharusnya 26 November 2016, sudah ada tindak lanjut yakni pembentukan perusahaan mitra.

Namun, sampai batas waktu HoA habis, tidak ada titik antara Pertamina dan Saudi Aramco. Pertamina ingin proyek kilang, terutama Balongan, digarap secepatnya. Di sisi lain Saudi Aramco tidak sepakat dengan keinginan Pertamina tersebut. 

Jika tidak segera digarap, Kilang Balongan akan kekurangan pasokan bahan baku. Selama ini bahan bakunya berasal dari Kilang Balikpapan yang juga sedang memulai proses modernisasi. Artinya dia tidak lagi memproduksi nafta. Jadi, Kilang Balongan juga harus modernisasi supaya tidak lagi bergantung nafta.

Untuk informasi, proyek kilang Balongan adalah peningkatan kompleksitas dan kapasitas dari 125 ribu bph menjadi 280 ribu bph. Proyek ini ditargetkan rampung pada 2023 dengan investasi US$ 2,7 miliar. (Baca: Lebih 50 Investor Lokal dan Asing Berebut Proyek Kilang Bontang)

Sedangkan proyek Kilang di Dumai tambahan kapasitasnya dari 175 ribu bph menjadi 300 ribu bph. Harapannya bisa selesai pada 2023 dan investasi US$ 4,2 miliar. 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...