Lawatan Raja Salman dan Eratnya Hubungan Ekonomi Arab-Cina

Maria Yuniar Ardhiati
27 Februari 2017, 20:17
sambut raja salman
ANTARAFOTO/Wahyu Putro A
Warga membubuhkan tanda tangan di dekat poster Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud saat pelaksanaan car free day di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (26/2).

Lawatan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz Al Saud, ke beberapa negara di Asia menarik perhatian banyak orang. Tak semata karena kunjungan tersebut selama sebulan penuh dengan membawa rombongan besar, melainkan juga inilah kunjungan pertama Raja Salman ke luar Timur Tengah dan Afrika Utara sejak dia bertandang ke Amerika Serikat (AS) tahun 2015.

Apalagi, selain Malaysia, Indonesia dan Jepang, negara yang dikunjungi Sang Raja adalah Cina, negara yang selama ini berseberangan ekonomi dan politik dengan AS. Hingga kini, memang belum diketahui jelas agenda lawatan Raja Salman ke negeri berjuluk Tirai Bambu itu.

Yang jelas, dalam setahun terakhir, kerja sama ekonomi Cina dan Arab Saudi terlihat semakin erat. Pada September tahun lalu, Wakil Putera Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman Al Saud, mengunjungi Beijing untuk menghadiri pertemuan kelompok negara-negara G20.

Di luar pertemuan itu, Arab Saudi dan Cina menandatangani sejumlah perjanjian kerjasama. Seperti dilansir Al Arabiya, setidaknya ada 15 kesepakatan serta nota kesepahaman (MoU) yang diteken. Kerja sama yang mereka sepakati mencakup berbagai sektor, termasuk pengembangan energi, penyimpanan minyak, pengembangan perumahan hingga sumber daya air. Salah satu raksasa teknologi Cina, Huawei, menjalin kerja sama investasi dengan Arab Saudi tersebut. 

(Baca: Peringkat 57, Investasi Arab Saudi di Indonesia Cuma Rp 11,9 Miliar)

Jejak kedekatan Arab Saudi dan Cina bahkan sudah terlihat sejak 2009. Presiden Cina saat itu, Hu Jintao, melakukan kunjungan ke Riyadh selama tiga hari.

Kunjungan itu berkaitan dengan investasi Cina dalam proyek jalur kereta menghubungkan Mekah dan Madina. Seperti dikutip The Telegraph, proyek itu dibesut oleh China Railway Construction Corporation, bersama dengan perusahaan Arab Saudi dan Prancis.

Di sisi lain, Arab Saudi berkepentingan menjaga pasar ekspor minyaknya di kawasan Asia, khususnya Cina. Sebab, Cina merupakan importir minyak terbesar dunia, yang mencatatkan pertumbuhan paling pesat.  

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...