Tur Raja Salman ke Asia di Tengah Defisit Anggaran Arab Saudi

Martha Ruth Thertina
27 Februari 2017, 19:07
sambut raja salman
ANTARAFOTO/Wahyu Putro A
Seorang warga membawa poster Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud, di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (26/2).

Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz Al Saud, bersama rombongan besarnya memulai lawatan ke beberapa negara di Asia pada Minggu (26/2) kemarin. Lawatan selama sebulan penuh ini disebut-sebut bertujuan mendorong kerja sama ekonomi dan menjaring investasi di tengah defisit anggaran akibat lesunya perekonomian Arab Saudi.

Beberapa negara yang dikunjungi Raja Salman adalah Malaysia, Indonesia, Cina dan Jepang. Inilah kunjungan pertama Raja Salman ke luar Timur Tengah dan Afrika Utara sejak dia melawat ke Amerika Serikat tahun 2015. 

Advertisement

Di Malaysia, seperti dilansir Reuters, perusahaan minyak nasional Arab Saudi, Saudi Aramco, direncanakan menandatangani kerja sama dengan Petroliam Nasional Bhd (Petronas). Kerja sama itu berupa pengembangan pabrik pemurnian dan petrokimia terintegrasi.

Kerja sama serupa akan dirajut Arab Saudi di Indonesia. Bertepatan dengan kunjungan Raja Salman pada Rabu nanti, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas T. Lembong mengatakan, bakal ada penandatanganan investasi oleh Aramco untuk perluasan proyek Kilang Cilacap. Nilainya sekitar US$ 6 miliar atau setara Rp 80 triliun.

Selain itu, ada beberapa kontrak investasi lain dengan nilai mencapai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,3 triliun.

Arab Saudi juga setuju melakukan kerja sama investasi dengan Softbank Group, Jepang, hingga US$ 45 miliar atau setara Rp 600 triliun untuk dana pengembangan teknologi baru. Adapun  di Cina, kunjungan Raja Salman akan semakin menegaskan kian eratnya hubungan ekonomi ke dua negara. Sebelumnya, Cina dan Arab sudah merajut kerja sama di berbagai proyek investasi.

Reuters juga melaporkan, lawatan rombongan Raja Salman ini juga bertujuan 'menjajakan' saham Aramco ke investor Asia. Hal ini berdasarkan rekomendasi penasihat keuangan Aramco agar perusahaan tersebut melirik pemodal Cina demi menyukseskan rencana penjualan saham perdananya (IPO). Penjualan 5 persen saham Aramco tahun depan digadang-gadang akan menjadi IPO terbesar di dunia.

Para pengamat ekonomi melihat, Arab Saudi tengah fokus mengembangkan industri non-minyak dan memperluas investasi internasionalnya ke berbagai sektor usaha. Hal ini merupakan bagian dari upaya diversifikasi industrinya untuk mengurangi kerentanan ekonomi Arab yang selama ini terlalu bergantung pada bisnis minyak.

Sebagai negara yang mengandalkan pendapatan dari ladang minyak, pemasukan Arab Saudi ikutan merosot seiring kejatuhan harga minyak dunia. Kondisi itu membuat anggaran negara tersebut mengalami defisit sebesar 367 miliar riyal atau sekitar Rp 1.372 triliun pada 2015 lalu. Jumlah itu setara 15 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Arab Saudi. 

(Baca juga: Defisit Rp 1.372 Triliun, Arab Saudi Naikkan Harga BBM)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement