Banyak Pabrik Tutup, Produktivitas Industri Rokok Malah Naik

Image title
10 Maret 2017, 19:45
Pabrik rokok
ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat

Kementerian Perindustrian mencatat sepanjang periode 2014-2015 jumlah industri hasil tembakau (IHT) berkurang hingga 100 unit usaha. Namun, berkurangnya jumlah unit usaha dan tenaga kerjanya  tidak berdampak pada kemampuan produksi sektor industri ini.

Pada 2014, ada sekitar 700 unit usaha IHT yang memproduksi 346,3 miliar batang rokok. Setahun kemudian, jumlah industrinya berkurang menjadi 600 unit usaha, tapi produksinya malah naik menjadi 348,1 miliar batang. Tahun lalu total produksi rokok nasional mencapai 350 miliar batang.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan IHT merupakan salah satu sektor strategis domestik yang memiliki daya saing tinggi, tapi selalu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. “Kontribusi industri hasil tembakau cukup tinggi setelah industri makanan dan minuman. Di Jawa Timur, industri ini menjadi unggulan,” kata Airlangga dalam keterangannya saat mengunjungi Paguyuban Mitra Produksi Sigaret Indonesia (MPSI) di Sukorejo, Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (9/3). 

Airlangga mengatakan sumbangan IHT terhadap perekonomian nasional tergolong luar biasa, baik dari sisi pendapatan negara maupun penyerapan tenaga kerja. Pendapatan negara dari IHT yang berasal dari cukai dan pajak setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. (Baca: Pemerintah Didorong Kenakan Cukai Minuman Ringan dan Kendaraan)

Sepanjang tahun lalu, total nilai cukai yang dibayarkan dari IHT mencapai Rp 138,69 triliun atau 96,65 persen dari total cukai nasional. Sedangkan, serapan tenaga kerjanya mencapai 5,98 juta orang yang terbagi di sektor manufaktur dan distribusi sebanyak 4,28 juta orang, serta di sektor perkebunan sebanyak 1,7 juta orang.

Menurunnya jumlah industri membuat tenaga kerja IHT ikut merosot. “Terjadi penurunan sebesar 3,5 persen dalam lima tahun terakhir atas jumlah pekerja sektor manufaktur rokok dan pada perkebunan tembakau turun sebesar 4,7 persen,” katanya.

Menurut Airlangga, penurunan jumlah industri dan tenaga kerja disebabkan adanya perubahan pasar IHT. Gaya hidup konsumen dalam beberapa tahun terakhir berubah, lebih memperhatikan kesehatan dengan mengkonsumsi rokok berkadar nikotin dan tar rendah.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...