Penggunaan Bahan Bakar Gas Minim karena Masalah Infrastruktur
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menilai pelaksanaan konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah infrastruktur yang minim.
Hngga kini pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) masih sedikit karena terkendala lahan. “Kadang ada lahan, tapi tempatnya jauh, suplai gas tidak ada,'' kata dia di Jakarta, Selasa (14/3).
(Baca: Pemerintah Akan Wajibkan Pengusaha SPBU Jual BBG)
Menyikapi persoalan tersebut, pada dua pekan mendatang, Jonan akan menerbitkan aturan mengenai kewajiban setiap Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum membangun dispenser gas. Jonan mengungkapkan, kebijakan itu berangkat dari ide Presiden Joko Widodo saat berdiskusi dengannya, karena merasa selama ini program konversi gas tidak berjalan.
Saat ini , pengguna BBG masih sebatas di kendaraan umum seperti bajaj atau bus Transjakarta, sedangkan kendaraan pribadi masih jarang memakai BBG. Bahkan untuk bus Transjakarta jumlahnya hanya 4.000 unit.
Atas dasar itu, menurut Jonan, kampanye konversi BBM ke gas masih setengah pura-pura. “Ini terlalu kecil. Program ini dianggap sukses kalau private users akan pakai,'' kata Jonan di Jakarta, Selasa (14/3).
Dengan mewajibkan penjualan BBG di SPBU, harapannya akan lebih terjangkau dan memudahkan masyarakat. Selain itu, pemanfaatan gas alam di dalam negeri juga meningkat.
Saat ini produksi hariannya mencapai 1,4-1,5 juta barel setara minyak per hari (bph). Jika program konversi gas jalan maka jatah gas untuk domestik atau Domestik Market Obligation (DMO) bisa terserap 100 persen.
Volume Penjualan Gas Alam (Pipa) untuk SPBE SPBG di Indonesia 2010 - 2014