Biaya Produksi 48 Kontraktor Migas Mahal, tapi Hasilnya Sedikit

Anggita Rezki Amelia
17 Maret 2017, 18:53
Ladang Minyak
Chevron

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyebutkan sebanyak 48 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) memiliki biaya produksi lebih besar ketimbang 20 KKKS lainnya. Sebaliknya hasil produksi 20 KKKS ini jauh lebih besar dibandingkan 48 KKKS yang biaya produksinya mahal.  

Arcandra menjelaskan saat ini ada sebanyak 68 KKKS yang beroperasi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, hanya 20 KKKS besar yang menopang 90 persen produksi migas dalam negeri. Sisanya sebanyak 48 KKKS merupakan kontraktor kecil yang kontribusinya hanya 10 persen terhadap produksi nasional. 

Biaya produksi yang dikeluarkan 20 KKKS besar ini rata-rata sekitar US$ 19,27 per barel. Lebih rendah 16,2 persen dibandingkan 48 KKKS lainnya yang rata-rata memiliki biaya produksi sebesar US$ 23 per barel. 

''Kalau dlihat lagi, yang kecil-kecil ini dinamakan KKKS yang produksinya sangat kecil,'' kata dia dalam seminar nasional "Migas Goes to Campus" di Universitas Trisakti, Jakarta, Jumat (17/3). (Baca: Kementerian ESDM Buat Aturan Pacu Produksi Migas dengan Teknologi)

Akibatnya saat ini pemerintah menghadapi masalah terkait minimnya produksi dan tingginya biaya penggantian operasi migas (cost recovery) yang harus ditanggung negara. Produksi siap jual (lifting) migas terus mengalami penurunan setiap tahun.

Menurut Arcandra, hal inilah yang mendasari pemerintah memutuskan penerapan skema gross split pada kontrak kerjasama migas baru. Skema kerja sama tanpa cost recovery ini, diharapkan bisa menjawab masalah produktivitas migas di Indonesia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...