Kinerja Ekspor Diproyeksi Bakal Dongkrak Ekonomi Asia 2017

Desy Setyowati
2 Mei 2017, 17:18
Pelabuhan ekspor
Katadata

Kinerja ekspor Asia diprediksi tumbuh dua kali lebih tinggi tahun ini. Pasalnya, perbaikan ekonomi di Cina dan Amerika Serikat (AS) digadang-gadang bakal mendongkrak permintaan dunia. Ekonomi Asia pun berpeluang terkerek naik, utamanya Asia Timur yang ekonominya banyak bergantung pada perdagangan.

Economic Advisor & Oxford Economics Lead Economist ICAEW Priyanka Kishore memperkirakan ekspor di Asia bisa tumbuh 2,7 persen tahun ini atau lebih baik dari tahun lalu yang sebesar 1,4 persen. Selain karena permintaan yang menanjak, menurut dia, kinerja ekspor juga bakal terdongkrak oleh nilai tukar mata uang Asia yang kompetitif.

“Bagi sejumlah negara di Asia, nilai tukar yang kompetitif ini akan membantu pemulihan ekspor di batas wajar dan skala ekspor Asia yang diperkirakan tumbuh sebesar 2,7 persen dibanding dengan nilai 1,4 persen di tahun lalu,” kata dia dalam laporan bertajuk ‘Economic Insight: South East Asia’ yang diterima Katadata, Selasa (2/5). (Baca juga: Genjot Ekspor, Jokowi dan Duterte Buka Rute Kapal Roro Davao-Bitung)

Selain ekspor, Priyanka meyakini ekonomi Asia juga bakal disokong kinerja investasi yang menanjak. Ia mengakui, rencana kenaikan bunga dana bank sentral AS (Fed Fund Rate) dan rencana penurunan neraca keuangan (balance sheet) bank sentral AS berisiko memicu arus keluar modal asing (capital outflow) dan menekan ekonomi Asia. Namun, ia yakin fundamental ekonomi Asia bisa menahan tekanan tersebut.

Ia memperkirakan ekonomi Singapura tumbuh 2,4 persen, naik dari tahun lalu dua persen. Kemudian, Malaysia diproyeksi tumbuh menjadi 4,4 persen. (Baca juga: Disokong Panen Raya Awal Tahun, Darmin: Ekonomi Capai 5,3 Persen)

Meski begitu, sejumlah faktor masih perlu diwaspadai lantaran bisa membatasi pertumbuhan ekonomi di antaranya kebijakan proteksionis Trump di bidang perdagangan. Bagi Myanmar, misalnya, kebijakan tersebut kemungkinan bakal berpengaruh cukup besar. Apalagi, pada semester I 2016 lalu, ekspor barangnya tercatat sudah merosot 11,6 persen. 

“Ada berbagai faktor yang membatasi pemulihan ekonomi Asia maka tetap perlu waspada atas prospek wilayah tersebut. Namun kami mengharapkan sedikit pertumbuhan dari kontribusi net ekspor, dengan jumlah pertumbuhan Asia yang dihasilkan oleh permintaan domestik,” ujar dia. (Baca juga: Cegah Perang Tarif Pajak, Menkeu: Negara G20 Sepakat Menahan Diri)

Risiko lain yang masih harus perlu diwaspadai yakni persoalan defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD) yang banyak diderita oleh negara yang pasarnya tengah berkembang (emerging market). Khusus bagi Indonesia dan Malaysia, risiko tekanan bisa datang dari arus keluar dana asing (capital inflow) lantaran besarnya proporsi asing di Surat Utang Negara (SUN).

Regional Director ICAEW South East Asia ICAEW Mark Billington menambahkan, risiko geopolitik juga perlu diwaspadai, di antaranya seperti yang terjadi di Korea Utara. “Negara seperti Asia Tenggara harus fokus dalam menjaga pemulihan dan melindungi diri dari potensi efek domino,” tutur Mark.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...