Rumitnya Mendesain Proyek Masela yang Memicu Kemarahan Jonan

Arnold Sirait
8 Mei 2017, 10:38
Rig Minyak
Katadata

Sudah lebih setahun lalu Presiden Joko Widodo memutuskan pengembangan Blok Masela di Laut Arafura, Maluku menggunakan skema kilang di darat (onshore). Namun, sejak diumumkan 23 Maret 2016 sampai saat ini, rencana pengembangan salah satu megaproyek migas tersebut belum beranjak jauh.

Masalah ini juga sampai menghabiskan kesabaran Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan. Sejak ditunjuk Presiden Joko Widodo menjabat Menteri ESDM pada 14 Oktober tahun lalu, Jonan merasa proyek itu seperti jalan di tempat.

Padahal, pemerintah sudah meminta Inpex Corporation sebagai operator blok tersebut menyusun desain pendahuluan atau pre-FEED (front end engineering design) pengembangan Blok Masela. Tujuannya untuk menentukan lokasi proyek berikut alokasi dan besaran produksi gasnya.

Alhasil, Jonan mengancam akan mengambil tindakan tegas dengan mencabut kontrak Inpex. “Sudah enam bulan saya di ESDM tidak jalan-jalan. Kalau kelamaan pre-FEED, saya cabut. Sampai saya hilang kesabaran,” kata dia, Rabu lalu (3/5). (Baca: Jonan Ancam Cabut Kontrak Inpex untuk Kembangkan Blok Masela)

Dalam tiga bulan terakhir, pemerintah melalui Kementerian ESDM dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama dengan Inpex sebenarnya membahas secara intensif rancangan awal Proyek Masela. Pembahasan dilakukan lewat sejumlah pertemuan dan surat-menyurat. Meski begitu, kedua belah pihak belum juga mencapai titik temu dalam menyusun pre-FEED.

Awalnya, Inpex ingin melakukan proses pre-FEED secara berjenjang. Pertama, tahap pre-FEED pendahuluan akan dikaji empat kasus. Perinciannya, kajian dua lokasi kilang pengolahan di darat yaitu Yamdena dan Aru, serta dua kajian mengenai kapasitas produksi gas 9,5 juta ton per tahun (mtpa) ditambah 150 mmscfd dan 7,5 mtpa plus 474 mmscfd.  

Pada akhir tahap pertama itu, Inpex bersama Shell selaku operator akan merekomendasikan kepada pemerintah satu konsep pengembangan produksi dan lokasi yang paling efisien bagi semua pihak. Setelah tahap 1 disetujui pemerintah, Inpex beranjak kepada pre-FEED tahap kedua untuk menyusun desain pengembangan Blok Masela berdasarkan penentuan lokasi dan kapasitas produksi tersebut.

Dalam suratnya bertanggal 15 Maret 2017 kepada Presiden Direktur Indonesia Inpex Masela Ltd, secara prinsip, Jonan dapat memahami rencana Inpex melakukan pre-FEED secara berjenjang dua tahap. Perusahaan energi asal Jepang itu dapat mengkaji lebih lanjut secara menyeluruh kapasitas produksi, jumlah pasokan gas pipa dan lokasi fasilitas darat sampai berakhirnya masa studi pre-FEED.

"Pada saat selesainya seluruh proses pre-FEED tersebut Pemerintah memutuskan untuk menetapkan kapasitas produksi, jumlah pasokan gas pipa dan lokasi fasilitas darat," kata Jonan dalam suratnya yang juga ditembuskan kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Menko Bidang Perekonomian, Sekjen Kementerian ESDM, Dirjen Migas, dan SKK Migas, yang salinannya dimiliki Katadata.

Sekitar dua pekan berselang, melalui surat, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi meminta Inpex segera melaksanakan pre-FEED sesuai dengan yang sudah diusulkannya yakni dua tahap. Setelah tahap satu selesai mereka dapat memberikan rekomendasi kepada pemerintah terkait lokasi dan pilihan kapasitas produksi.

(Baca: Ancam Kontrak Inpex, Arcandra: Ada Perusahaan Tertarik Kelola Masela)

Apabila pemerintah setuju dengan rekomendasi itu, Inpex bisa mengerjakan tahap 2. Namun, jika pemerintah belum sepakat, Inpex melanjutkan ke tahap 2 dengan memasukkan semua kombinasi pilihan lokasi dan kapasitas produksi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...