Cadangan Devisa Tembus US$ 123 Miliar, Rupiah Perkasa

Desy Setyowati
9 Mei 2017, 10:46
Dolar
Arief Kamaludin|KATADATA

Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa mencapai US$ 123,2 miliar pada akhir April lalu. Cadangan devisa kian mendekati rekor tertinggi sepanjang masa yakni US$ 124,6 miliar yang dicetak pada Agustus 2011.

Cadangan devisa bertambah US$ 1,4 miliar dari posisi Maret yang sebesar US$ 121,8 miliar. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, kenaikan cadangan devisa terutama ditopang oleh penerimaan pajak dan devisa ekspor minyak dan gas (migas) bagian pemerintah. Selain itu, hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valuta asing (valas).

“Posisi cadangan devisa per akhir April 2017 tersebut  cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor,” kata Tirta dalam keterangan persnya, Jakarta, Senin (8/5). Ini artinya, cadangan devisa berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. (Baca juga: Banyak Bantalan Likuiditas, BI Yakin ASEAN Kuat Hadapi Risiko Ekonomi)

Bila memperhitungkan kewajiban utang luar negeri, maka cadangan devisa tercatat cukup untuk membiayai 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. "Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran Utang Luar Negeri (ULN) pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo," ujarnya.

BI menilai besaran cadangan devisa saat ini mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Seiring dengan menebalnya cadangan devisa, rupiah pun tercatat menguat 1,09 persen sejak awal tahun (year to date/ytd) ke level 13.326 per dolar Amerika Serikat (AS) per akhir April. 

Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan, stabilitas makroekonomi dan cadangan devisa turut menyokong optimisme investor terhadap prospek perekonomian di dalam negeri. Rupiah pun terapresiasi seiring dengan aliran masuk modal asing (capital inflow). Agus menilai, posisi rupiah sekarang sudah mencerminkan nilai fundamentalnya yang di rentang 13.200 hingga 13.400 per dolar AS. (Baca juga: BI Pantau Penguatan Rupiah Sudah Sesuai Nilai Fundamental)

Tahun ini, BI tampaknya akan memastikan rupiah tidak melemah terlalu dalam sebab ada kebutuhan juga untuk modal keluar yang jatuh tempo ataupun utang luar negeri yang harus dibayarkan. Bila selama 2013 hingga 2015, BI memperkenankan rupiah melemah dalam rentang 2,1 persen sampai 10 persen. Pada 2016, BI menoleransi penguatan rupiah hingga 2,3 persen. “Sekarang mungkin 1,5 persen,” ujarnya.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...