DPR Kritisi Asumsi Makro 2018, Pertumbuhan Ekonomi Terlalu Tinggi

Desy Setyowati
30 Mei 2017, 17:40
Rapat Paripurna DPR
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengkritisi kerangka ekonomi makro yang diajukan pemerintah untuk tahun anggaran 2018. Asumsi pertumbuhan ekonomi dinilai terlalu tinggi, sedangkan lifting minyak dan gas terlalu rendah, dan nilai tukar rupiah terlalu terdepresiasi.

Tahun depan, pemerintah mengasumsikan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,4-6,1 persen. Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat Verna Gladis Merry Inkiriwang menilai asumsi pertumbuhan ekonomi terlalu optimistis lantaran perekonomian global belum betul-betul pulih. Di sisi lain, kondisi domestik juga masih penuh tantangan. Apalagi, pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan dalam kuartal terakhir. 

"Pencapaian ekonomi 2016 dan 2017 itu cenderung stagnan. Menurut kami target 2018 terlalu optimis," kata Verna saat Rapat Paripurna di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Selasa (30/5). Pada 2016 ekonomi hanya tumbuh 5,02 persen, sedangkan pada kuartal I 2017 hanya mencapai 5,01 persen. (Baca juga: Pemerintah Bidik Ekonomi 2018 Tumbuh 6,1%, Ketimpangan Menciut)

Asumsi MakroAPBN 2017Kerangka Ekonomi Makro 2018
Pertumbuhan ekonomi5,1 persen5,4-6,1 persen
Inflasi4 persen3,5 persen
Nilai tukarRp 13.300/dolar ASRp 13.500-Rp13.800/dolar AS
Tingkat bunga SPN 3 Bulan5,3 persen4,8-5,6 persen
Harga Minyak Mentah45 dolar AS/barel45-60 dolar AS/barel
Lifting Minyak Bumi815 ribu barel per hari771-815 barel per hari
Lifting Gas Bumi1.150 ribu barel setara minyak per hari1.194-1.235 ribu barel setara minyak per hari 


Meski begitu, ia mendukung target inflasi yang kian rendah. Pemerintah mengasumsikan inflasi berada di kisaran 2,5-4,5 persen, tahun depan. Harapan Verna, inflasi yang rendah tersebut bisa mendorong daya beli masyarakat. Dengan begitu, meningkatkan konsumsi rumah tangga yang merupakan salah satu motor penggerak perekonomian.

Namun, dia menilai target lifting minyak dan gas (migas) terlalu rendah. Pemerintah mengasumsikan lifting minyak 771-815 ribu barel per hari, dan lifting gas 1.194-1.235 ribu barel setara minyak per hari. Padahal, untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, butuh penerimaan besar termasuk dari sektor migas. "Turunnya target lifting migas akan mempengaruhi penerimaan," ujar dia.

Di sisi lain, Anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional Sutiman memperkirakan, pertumbuhan ekonomi tahun depan hanya akan berada pada kisaran 5,3-5,5 persen. Itu pun dengan syarat konsumsi rumah tangga stabil.

"Kami prediksi pertumbuhan ekonomi yang realistis 5,3-5,5 persen di 2018, dengan syarat konsumsi rumah tangga stabil. Maka pemerintah harus menekan inflasi serendah mungkin, meningkatkan daya beli, meningkatkan lapangan kerja," ujar dia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...