Rizal Ramli Minta Bos Baru OJK Rombak Struktur Kredit Perbankan

Desy Setyowati
31 Mei 2017, 15:11
No image

Para ekonom berharap Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang baru dapat merombak struktur kredit perbankan. Sebab, kredit bank selama ini lebih banyak dinikmati pengusaha kaya. Harapan tersebut menjadi masukan bagi Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam memilih calon bos OJK.

Salah seorang ekonom yang dimintakan pandangannya adalah Rizal Ramli. Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman ini mengaku sudah mengkaji kondisi sektor keuangan sejak krisis 1997. Ia menemukan, selama ini struktur ekonomi Indonesia seperti “gelas anggur”. Berbeda dengan negara-negara lain yang justru strukturnya piramida.

(Baca: Seleksi Pimpinan Baru OJK, Pelaku Pasar Modal Harap Pungutan Turun)

Ia menjelaskan, struktur gelas anggur ini berarti kelompok di atas jumlahnya sangat besar. Dalam catatannya, ada 160 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan 200 keluarga yang memiliki lebih dari 100 perusahaan. Sedangkan di bagian tengah seperti bentuk gagang gelas anggur, justru jumlahnya sangat kecil sekali. Padahal, kelompok itu merupakan pengusaha kelas menengah.

"Yang tengah kecil sekali yaitu perusahaan yang independen kelas menengah," kata Rizal saat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi Keuangan DPR di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Rabu (31/5). Selanjutnya, pada bagian paling bawah kembali membesar yaitu ada 60 juta perusahaan kecil dan rumah tangga.

Ia memandang struktur ekonomi semacam ini sangat tidak adil. Alasannya, perusahaan-perusahaan jumbo itu yang dapat penyaluran kredit dalam jumlah besar. Padahal, di sisi lain rasio ekspor terhadap total penjualan dari 200 perusahaan besar di luar perusahaan sawit tersebut, di bawah 10 persen.

(Baca: OJK Rilis 3 Aturan Antikrisis, 12 Bank Masuk Kategori Sistemik)

Berbeda dengan perusahaan-perusahaan besar di negara maju, seperti Korea Selatan dan Jepang. Rasio ekspor terhadap total penjualannya lebih dari 90 persen. Artinya, perusahaan besar di negara-negara maju itu mengambil nilai tambah dari global untuk kemudian dibawa ke dalam negerinya.

"Kalau di Indonesia, mereka (pengusaha besar) cari uang di sini, uangnya dibawa ke luar negeri," kata Rizal. "Yang kaya ini  beli kebijakan. Yang di bawah sangat kompetitif sekali."

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...