Efek Peringkat S&P, Pemerintah Hemat Biaya Utang Lebih Rp 1 Triliun

Desy Setyowati
13 Juni 2017, 17:37
Dolar Amerika Serikat
ARIEF KAMALUDIN | KATADATA

Pemerintah mencatat imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN) mengalami penurunan setelah lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P) menyematkan peringkat layak investasi (investment grade) untuk utang luar negeri Indonesia. Alhasil, biaya bunga untuk utang pemerintah menjadi lebih murah.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, imbal hasil SBN turun sebesar 10 sampai 11 basis poin (bps) saat S&P mengumumkan peringkat layak investasi Indonesia pada Mei lalu. Menurut perhitungannya, penurunan lima basis poin saja bisa menghemat setengah triliun.

"Saat pengumuan S&P, yield dari seluruh surat utang yang menjadi benchmark (acuan) turun 10-11 basis poin (bps). Penurunan lima bps bisa menghemat biaya bunga Rp 500 miliar,” kata dia saat Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (13/6). Ini artinya, penghematan mencapai Rp 1 triliun ketika itu. (Baca juga: Efek Peringkat S&P, Pemerintah Optimistis Surat Utang Negara Diburu)

Biaya bunga utang juga semakin murah lantaran nilai tukar rupiah mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ia mencatat, nilai tukar rupiah menguat 31 poin ke level Rp 13.425 per dolar AS saat S&P memberikan peringkat layak investasi. “Kalau rupiah menguat satu persen maka biaya bunga juga akan turun Rp 325 miliar," ucapnya.

Ia berharap, kondisi positif ini bisa berdampak baik bagi pengelolaan utang negara. Meski demikian, dia menegaskan pihaknya akan tetap berhati-hati. "Saya sudah minta Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) untuk lakukan mekanisme berbagai perbaikan dari segi utang untuk bisa memanfaatkan posisi layak investasi ini untuk kurangi biaya funding (pembiayaan)," kata dia.

Ke depan, sentimen positif dari peringkat layak investasi akan dimanfaatkan pemerintah untuk meningkatkan pembiayaan investasi. Menurut dia, setelah mendapat peringkat layak investasi dari tiga lembaga pemeringkat utama, yaitu Fitch Ratings, Moody's Investors Service, dan belakangan S&P,  Indonesia jadi memiliki akses terhadap US$ 700 miliar atau sekitar Rp 9.310 triliun dana investasi (investment fund). (Baca juga: Sri Mulyani: Rating Layak Investasi Buka Akses Dana Rp 9.310 Triliun)

Peringkat layak investasi juga diharapkan bisa menahan keluarnya dana asing (capital outflow) akibat kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS). Bahkan, peringkat tersebut diharapkan bisa mendorong masuknya dana asing (capital inflow). Sejauh ini, ia mengklaim, "Banyak bond holder (pemegang obligasi) kami sudah happy (senang) dengan bond yang dipegang."

Di sisi lain, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo mengatakan bahwa peringkat layak investasi dari S&P mampu menurunkan yield SBN berupa Surat Utang Negara (SUN) bertenor 10 tahun sebesar satu persen ke kisaran enam persen. Penurunan yield juga dialami SUN berdenominasi valuta asing (valas).

Credit Default Swap (CDS) yang merupakan alat ukur risiko investasi juga turun sigfnifikan yaitu sebesar 0,39 persen. "Kami saksikan CDS yang di awal tahun 157 bps menjadi 118 bps. Jadi ada perbaikan signifkan," kata dia.

Hingga Mei lalu, BI pun mencatat bahwa arus masuk dana asing ke investasi portofolio sudah mencapai Rp 112 triliun. Nilai ini jauh lebih tinggi dibanding periode serupa tahun lalu yang hanya Rp 70 triliun. Ia pun berharap investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) juga akan meningkat.  (Baca juga: Pemerintah Bidik Pembiayaan Investasi Rp 5.000 Triliun di 2018)

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...