Gubernur BI: 3 Sebab Rupiah Sulit Menguat Lagi ke 9.000 per US$

Desy Setyowati
13 Juni 2017, 20:10
agus martowardojo
Arief Kamaludin|KATADATA

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyatakan, nilai tukar rupiah yang kini berada pada kisaran Rp 13.000 per US$ merupakan cerminan fundamental ekonomi Indonesia. Ia juga menjelaskan beberapa alasan mengapa nilai tukar rupiah sulit kembali ke level Rp 9.000 per US$ seperti 2012 lalu.

Pertama, sejak 2012 Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan atau current account defisit. Bahkan, puncak defisit transaksi berjalan terjadi pada 2013 yang nilainya sampai US$ 29 miliar. Itu terjadi ketika bank sentral AS, the Fed mengumumkan akan mengurangi stimulusnya atau periode taper tantrum

"Maka tidak mungkin rupiah menguat kalau kebutuhan membayar lebih besar dari potensi yang diterima," kata Agus saat Rapat Kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Selasa (13/6).

(Baca juga: Darmin Tak Akan Pusing Jika Amerika Jadi Naikkan Bunga The Fed)

Selain itu, Agus juga menyebut inflasi Indonesia yang sempat mencapai lebih dari 10 persen. Pada krisis 1998 misalnya, inflasi sempat mencapai 82,4 persen. Begitu juga pada saat krisis 2008 yang inflasinya sebesar 12,1 persen.

Halaman:
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...