Serangan Global Virus Petya Ganggu Fasilitas Nuklir Chernobyl

Martha Ruth Thertina
28 Juni 2017, 14:01
Pembangkit Listrik Muara Tawar, Bekasi
Arief Kamaludin|KATADATA

Serangan siber baru serupa virus ransomware WannaCry kembali menyebar ke seluruh dunia. Bloomberg memberitakan, virus bernama Petya menyebar dari Eropa hingga ke Amerika Serikat (AS) dan Amerika Selatan. Tak tanggung-tanggung, virus tersebut juga menyerang sistem komputer di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Chernobyl, Ukraina.

Perusahaan keamanan siber yang berbasis di Moscow, Rusia, Group-IB menyatakan sejumlah komputer milik lebih dari 80 perusahaan di Rusia dan Ukraina terserang virus tersebut pada Selasa (27/6) waktu setempat. Komputer terkunci dan tidak bisa digunakan. Penyebar virus Petya meminta pengguna komputer untuk membayar US$ 300 atau setara Rp 3,9 juta dengan uang virtual untuk bisa kembali menggunakan komputer tersebut.

Menurut Analis dari Kaspersky Lab, organisasi di Rusia dan Ukraina memang tercatat sebagai yang terbanyak mendapatkan serangan tersebut. Di Ukraina, virus Petya menyerang sejumlah komputer di PLTN Chernobyl sehingga jaringan listrik terganggu. Selain itu, virus juga menjangkiti sistem komputer di sejumlah kantor pemerintahan di negara tersebut.

Suatu tim dikabarkan telah bekerja untuk membuat situasi di Chernobyl terkendali. Petugas federal di Ukraina membenarkan serangan yang dialami sistem komputer PLTN Chernobyl. "Terkait dengan serang siber, website pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl tidak bekerja," kata dia, seperti dikutip CNN. Selain itu, sistem Microsoft Windows dihentikan sementara, dan kegiatan pemantauan radiasi di area industri dilakukan secara manual.

Sementara itu, Perdana Menteri Ukraina mengatakan, serangan siber tersebut belum pernah terjadi sebelumnya, tapi sistem-sistem vital belum terjangkit. (Baca juga: Ada WannaCry, Pemerintah Percepat Pembentukan Badan Siber Nasional)

Perusahaan-perusahaan besar dunia juga dilaporkan menjadi target serangan virus Petya, termasuk agensi iklan asal Inggris WPP, produsen minyak dan gas asal Rusia Rosneft, dan operator di pelabuhan-pelabuhan kontainer besar dunia A.P Moller Maersk. Pihak Maersk menyatakan, pelanggannya tidak bisa melakukan pemesanan (booking) secara online dan sistem di internalnya juga terganggu. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...