Masyarakat Kelas Menengah Berhemat, Penjualan Rumah Melambat
Badan Pusat Statistik (BPS) mengindikasikan masyarakat kelas menengah bawah mengerem belanja lantaran pendapatannya menurun, sedangkan kelas menengah atas khawatir dengan kondisi perekonomian ke depan. Alhasil, data-data penjualan pada kuartal II tahun ini tak sebaik periode sama tahun lalu.
Penjualan perumahan dan transaksi rumah tangga tercatat hanya tumbuh 4,12%, lebih rendah dari periode sama tahun lalu yang sebesar 4,72%. Penjualan makan dan minuman – selain restauran – tercatat hanya tumbuh 5,3% atau stagnan dibanding periode sama tahun lalu.
Sementara itu, penjualan di restauran dan hotel naik tipis dari 5,48% menjadi 5,87%. Demikian juga penjualan pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan juga hanya naik dari 3,35% menjadi 3,47%. (Baca juga: Penjualan Produsen Barang Konsumsi di Indonesia, India, Vietnam Turun)
Meski begitu, Kepala BPS Suhariyanto meyakini konsumsi rumah tangga akan terbantu pada kuartal III lantaran adanya gaji ke-13 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan bantuan sosial (bansos) yang meningkat. Walaupun, bansos yang dimaksud lebih banyak yang bersifat pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
Namun, jika mengacu pada indeks tendensi konsumen, optimisme konsumen justru tercatat melemah. Pada kuartal II indeks tercatat 115,92, sedangkan pada kuartal III indeks diperkirakan hanya 103,29. “Itu artinya, tingkat optimisme konsumen diperkirakan lebih rendah jika dibandingkan kuartal II 2017,” kata dia dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Senin (7/8).
BPS mencatat, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,95% pada kuartal II lalu, nyaris sama dengan kuartal sebelumnya yang sebesar 4,93%. Padahal, konsumsi rumah tangga pada kuartal II semestinya bisa jauh lebih baik lantaran adanya Ramadan dan Idul Fitri. Pada kuartal II tahun lalu, misalnya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 5,07%.
Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab utama pertumbuhan ekonomi kuartal II hanya sebesar 5,01% atau sama dengan kuartal sebelumnya. Bahkan, melambat dibanding kuartal II tahun lalu yang sebesar 5,18%. Sebab, konsumsi rumah tangga memang penyokong terbesar perekonomian. (Baca juga: Masyarakat Rem Belanja, Target Pertumbuhan Ekonomi Terancam Meleset)