Perbanyak Produk Investasi, OJK Ingin Saingi Pasar Modal Thailand

Desy Setyowati
11 Agustus 2017, 22:57
Model Popular di BEI
Arief Kamaludin|KATADATA
Para finalis model Popular mengikuti pemaparan tentang investasi dan pasar modal di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (3/11).

Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menargetkan, jumlah investor di pasar modal Indonesia bisa setara di pasar modal Thailand. Untuk mencapai target tersebut, otoritas harus mengembangkan lebih banyak instrumen investasi.

Hingga Juli 2017, PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat jumlah investor menurut single investor identification (SID) mencapai 1.025.414. Jumlah itu meningkat 14,7% dari posisi akhir tahun lalu. “Kalau (menargetkan seperti) pusat keuangan seperti Singapura, itu terlalu loncat. Thailand, barangkali bisa,” kata Wimboh saat Konferensi Pers terkait Hari Ulang Tahun Pasar Modal ke-40 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (11/8).

Advertisement

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan, untuk mengejar target tersebut, pihaknya harus terus mengembangkan instrumen investasi. Saat ini ada dua instrumen investasi yang sedang dikembangkan otoritas. Pertama, perpetual bond yang merupakan obligasi yang diterbitkan tanpa masa pelunasan dan pembayaran kupon dilakukan periodik untuk selamanya atau yang dikenal dengan obligasi bunga abadi.

Menurut dia, instrumen investasi semacam ini tengah dikembangkan oleh pemerintah untuk mendukung pembiayaan infrastruktur. Instrumen ini bisa menjadi salah satu jenis pembiayaan infrastruktur non-anggaran (PINA).

Kedua, obligasi berdenominasi rupiah yang diterbitkan di luar negeri. Salah satu emiten yang berminat adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Emiten berkode bursa JSMR tersebut berencana menerbitkan obligasi global dengan target perolehan dana segar sebesar US$ 200 - 300 juta atau maksimal Rp 4 triliun. (Baca juga: Jasa Marga Akan Terbitkan Obligasi Rupiah di Luar Negeri Rp 4 T)

“Karena obligasi berdenominasi rupiah ini akan menurunkan biaya atau cost of fund, jadi emiten enggak pusing memikirkan risiko kurs,” kata Hoesen.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement