Rini Soemarno Tersinggung Ucapan Ketua Kadin Soal Dominasi BUMN
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno merasa tersinggung dengan penyataan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani mengenai dominasi perusahaan pelat merah dalam proyek pemerintah dan bisnis usaha mikro kecil menengah (UMKM). Padahal menurutnya fakta tidak seperti itu.
Rini mengatakan selama ini BUMN justru membantu perkembangan UMKM. Ini karena direksi BUMN juga menyadari masih banyak masyarakat yang berpendapatan sangat rendah. “Jadi saya tersinggung, sangat tersinggung. Saya tanya UMKM yang mana," ujar dia saat acara diskusi dengan media di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis malam (4/10).
Salah satu contoh BUMN ikut membantu perkembangan UMKM adalah dari segi pendanaan, yang bahkan belum tersentuh bank. Permodalan Nasional Madani (PNM) saat ini sudah menyasar kredit yang paling mikro, yakni program pemberian bantuan pinjaman ke usaha ibu rumah tangga di daerah dengan besaran Rp 500 ribu hingga 3 juta. Ada juga kredit mikro Rp 5 juga sampai 25 juta.
Atas dasar itu seharusnya BUMN didukung penuh. "Kalau BUMN pasti milik negara dan rakyat, kok dipersoalkan. Kalau swasta hanya dimiliki beberapa orang kok tidak dipersoalkan," ujar Rini.
Sebelumnya, Rosan menyinggung dominasi BUMN di proyek pemerintah. Bahkan dirinya mengklaim, usaha UMKM pun turut serta 'dijajah' perusahaan pelat merah. "Katering dan cuci pakaian misalnya, itu diambil sama anak cucu usaha mereka. Maka kami minta BUMN kembali ke inti bisnisnya," ujar Rosan.
Perampingan BUMN
Selain ucapan Rosan, Rini turut mengomentari arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ingin merampingkan anak, cucu, dan cicit BUMN yang sampai berjumlah 800 perusahaan. Bahkan orang nomor satu di Indonesia itu menilai sebaiknya anak dan cucu usaha itu melakukan penggabungan (merger) atau bahkan dijual agar BUMN lebih efisien.
Rini sepakat dengan usulan tersebut. Sejak pertama kali menjabat sebagai Menteri, ia bahkan sudah melakukan komplain terhadap banyaknya anak, cucu, dan cisit usaha BUMN ini. Sehingga, programnya pun adalah mengkonsolidasikan anak, cucu, cicit usaha BUMN yang memiliki bisnis sejenis.
Misalnya untuk bisnis perhotelan. Saat ini banyak BUMN yang memiliki bisnis itu, terutama perusahaan konstruksi. Jadi, agar efisien, nantinya bisnis perhotelan akan dioperatori Hotel Indonesia Natour. Dengan begitu aka nada standardisasi yang sama. Ujungnya pelayanan ke konsumen makin baik.
Konsolidasi ini juga harus memperhitungkan sisi bisnis dan korporasi BUMN. Apalagi ada beberapa yang sudah mencatatkan sahamnya di bursa. Artinya selain dimiliki pemerintah, sebagian saham bisa dipegang masyarakat.