Pamor Golkar Merosot, Munaslub Menguat Cari Pengganti Setnov
Kasus hukum Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto berdampak langsung terhadap tingkat elektabilitas partai berlambang beringin. Tingkat elektabilitas partai yang merosot pun memperkuat desakan diadakannya musyawarah nasional luar biasa (munaslub) untuk mencari pengganti Setnov.
Hasil survei lembaga riset Poltracking Indonesia menunjukkan tingkat elektabilitas Golkar di posisi ketiga, disalip partai Gerindra. PDI Perjuangan meraih posisi teratas dengan tingkat elektabilitas tertinggi 23,4%. Gerindra berada di posisi kedua dengan elektabilitas 13,6% dan Golkar mendapat 10,9%.
Padahal berdasarkan hasil Pemilu 2014, PDIP di posisi teratas dengan mendapatkan 18,95% suara, yang dilanjutkan dengan Golkar yang meraih 14,75% suara. Sementara Gerindra di posisi ketiga dengan mengumpulkan 11,81% suara.
(Baca: Golkar Kian Panas, Ical Waspadai Perpecahan Partai)
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar menggelar pertemuan dengan seluruh DPD Tingkat I di Jakarta pada Sabtu kemarin (25/11). Pertemuan tersebut menyetujui pelaksanaan munaslub setelah vonis praperadilan yang diajukan Setya Novanto atas status tersangka dalam kasus korupsi pengadaan KTP elektronik.
"Jikalau kalah di praperadilan, dia harus mengundurkan diri. Kalau tidak, di rapat munaslub. Saya rasa teman-teman sudah melihat itu. Munaslub diperlukan dalam rangka merubah kepemimpinan yang berwajah segar dan tentunya tidak bermasalah," kata Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono, dikutip dari Antaranews.
Agung mengatakan kasus Setya Novanto mempengaruhi elektabilitas Golkar sehingga harus segera dituntaskan. "Saya harapkan tahun ini selesai karena tahun depan kalau bisa kami sudah bicara penggalangan suara untuk pilkada. Persiapan rekrutmen calon anggota dewan DPR, tidak hanya berkutat pada masalah itu," kata Agung.