Ekonomi Tertinggal dari ASEAN, Sri Mulyani Genjot Pariwisata
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III yang sebesar 5,06%, tertinggal dibanding negara di Asia Tenggara lainnya (ASEAN). Untuk mengejar tertinggalan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan mengandalkan pariwisata dan investasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi.
Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi akan semakin baik, jika pemerintah menjaga kepercayaan dan optimisme kepada masyarakat dalam berusaha. Untuk menggenjot sektor pariwisata, pemerintah telah fokus mengembangkan 10 destinasi wisata baru di luar Bali. Harapannya, jumlah wisawatan meningkat sehingga bisa menggerakan ekonomi di dalam negeri terutama di tempat-tempat wisata.
"Kami memberi kesempatan untuk melakukan kegiatan, terutama dari sisi pariwisata. Indonesia menyiapkan destinasi wisata di luar Bali. Walaupun Bali sekarang dihadapi dengan Gunung Agung, tetap bisa dikompensasi dengan destinasi lain," kata Sri Mulyani usai sosialisasi terkait Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 165 di Kantor Pusat Pajak, Jakarta, Senin (27/11) malam.
Sementara itu sebelumnya Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan aktivitas vulkanik Gunung Agung membuat target jumlah wisatawan mancanegara tahun ini sebanyak 15 juta orang, kemungkinan tak akan tercapai.
Arief memprediksi, kunjungan wisman hanya akan sebesar 95% dari target 15 juta hingga akhir 2017. Alasannya, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali yang diperkirakan menyumbang 40% dari target nasional, akan berkurang signifikan.
(Baca: Ekonomi Kuartal III Lima Negara ASEAN Melaju, Indonesia Tertinggal)
Selain menggenjot dari sektor pariwisata, Sri Mulyani berharap pertumbuhan ekspor terus meningkat. Pertumbuhan ekspor pada Kuartal III memang tumbuh signifikan, yakni 17,26% secara tahunan (year on year/yoy).
"Kuartal III kemarin performa ekspor Indonesia di atas 17%. Kalau ini berlangsung terus, kami berharap tentu memberikan momentum kombinasi ekspor dan investasi," kata Sri Mulyani.
Pada Kuartal III ini, pertumbuhan ekonomi di negara ASEAN membaik didorong oleh ekspor, utamanya dari industri milik asing. Vietnam, misalnya, tumbuh 7,46% kuartal III yang melesat dari dua kuartal sebelumnya yang sebesar 5,15% dan 6,28%. Bahkan pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dalam tujuh tahun belakangan.
Ekonomi Filipina juga tumbuh 6,9% pada kuartal III, lebih tinggi dibandingkan dua kuartal sebelumnya yang sebesar 6,4% dan 6,7%. Sama, penyokong utamanya yaitu ekspor dan belanja pemerintah yang membaik. Akselerasi ekonomi pun dialami Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Ekonomi Singapura bahkan tercatat melonjak signifikan dari kisaran 2% pada kuartal I dan II menjadi 5,2% pada kuartal III. Pencapaian tersebut merupakan yang tertinggi dalam hampir empat tahun belakangan. Industri manufaktur masih menjadi motor pemacu ekonomi.
Tak seperti banyak negara ASEAN, Indonesia justru mengalami pertumbuhan ekonomi yang stagnan di level 5% sepanjang tahun ini. Menanggapi kondisi tersebut, Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi menyebut ekonomi Indonesia tumbuh di bawah potensinya lantaran masih terdampak oleh terpukulnya kinerja ekspor imbas jatuhnya harga komoditas pada 2014-2015 lalu. Selain itu, lingkungan investasi yang menantang.