BNPB Peringatkan Ancaman Siklon Baru di Selatan Jawa

Dimas Jarot Bayu
29 November 2017, 19:44
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei
ANTARA FOTO | Aprillio Akbar
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperingatkan adanya ancaman siklon tropis baru di Samudra Hindia. Ancaman ini menyusul terjadinya siklon tropis Cempaka yang menyebabkan cuaca ekstrem di beberapa titik Pulau Jawa.

"Kemungkinan lahir satu siklon baru lagi yang harus diantisipasi yang mulai dari lautan Hindia," kata Kepala BNPB Willem Rampangilei saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu (29/11).

Willem mengatakan perkiraan bibit siklon tropis baru ini didapatkan dari laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Apabila bibit siklon tropis itu membesar, akan berdampak buruk pada wilayah Selatan Jawa. 

"Diperkirakan yang paling kena duluan Jawa karena bibit itu lahir di lautan hindia. Jawa bagian Selatan," kata Willem. (Baca: Pemerintah Klaim Siap Tanggulangi Rangkaian Bencana Alam)

Menurutnya, hampir separuh provinsi di Indonesia merupakan wilayah rawan banjir dan longsor diantaranya di Jawa, Bali, Sumatera dan Kalimatan. Karena itu, dampak dari ancaman siklon tropis baru tersebut.

Dia mengungkapkan sebenarnya kekuatan siklon tropis Cempaka saat ini sudah mulai mengecil dan telah menjauhi wilayah Indonesia. Artinya sudah tidak perlu ada kekhawatiran terhadap siklon tropis ini. Namun, yang perlu diwaspadai adalah potensi munculnya siklon tropis baru.

Dampak siklon tropis Cempaka sebelumnya telah menyebabkan bencana banjir, longsor, dan puting beliung yang di wilayah Jawa. Daerah di DI Yogyakarta, Wonogiri, Pacitan dan Ponorogo adalah daerah yang paling terdampak karena paling dekat dengan siklon tropis Cempaka. Pada Selasa (28/11), siklon tropis Cempaka hanya berjarak 32 kilometer di sebelah Selatan-Tenggara Pacitan, Jawa Timur. 

(Baca: BNPB: 100 ribu Penduduk Harus Dievakuasi Akibat Erupsi Gunung Agung)

Data sementara yang dihimpun Posko BNPB, bencana tersebut terjadi Kabupaten Situbondo, Sidoarjo, Pacitan, Wonogiri, Ponorogo, Magetan, Serang, Cilacap, Sragen, Boyolali, Trenggalek, Sukabumi, Purworejo, Magelang. Kemudian, Tulungagung, Semarang, Klaten, Malang, Wonosobo, Klungkung, Kota Yogyakarta, Gunung Kidul, Kulon Progo, Sleman, Bantul, Kudus, dan Sukoharjo.

Dampak bencana banjir dan longsor menyebabkan 19 orang meninggal dunia. Rinciannya, 11 orang di Pacitan, tiga orang di Kota Yogyakarta, satu orang di Bantul, satu orang di Gunung Kidul, dua orang di Wonogiri, dan satu orang di Wonosobo. Dari 19 orang meninggal dunia tersebut 4 orang diantaranya adalah korban banjir dan 15 orang korban longsor.

Saat ini banjir masih merendam beberapa tempat di Pacitan, Magetan, Wonogiri, Klaten dan lainnya. Ribuan rumah, lahan pertanian, serta fasilitas publik terendam. Aktivitas masyarakat pun lumpuh total di Wonogiri, sebagian daerah di Yogyakarta dan Pacitan. Jalan lintas Selatan yang menghubungkan Wonogiri hingga Ponorogo juga lumpuh karena tertutup longsor.

Adapun kerugian dan kerusakan ekonomi akibat bencana ini diperkirakan triliunan rupiah. Hingga saat ini BPBD masih melakukan pendataan dampak bencana.

(Baca: Pengungsi Gunung Agung Terus Bertambah, Bali Butuh Bantuan Logistik)

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...