Jokowi Jalankan Empat Strategi untuk Pacu Ekonomi Indonesia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki empat strategi untuk memacu ekonomi Indonesia. Empat strategi tersebut juga sudah menyesuaikan kondisi di dalam negeri dan perkembangan dunia saat ini.
Strategi Pertama, yakni melakukan reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi ini merupakan sesuatu kebutuhan yang mendesak.
Dengan reformasi birokrasi, pejabat pemerintah harus bisa mengubah pola pikir dan bekerja. Artinya mereka harus bisa mempercepat cara bekerja dan berpikir. Apalagi saat ini perubahan inovasi terjadi sangat cepat.
Strategi kedua adalah membangun infrastruktur. Pembangunan infrastruktur ini bisa membuat ekonomi makin efisien karena distribusi barang lebih cepat dan murah. “Banyak yang sangsi, apakah infrastruktur ini akan memberi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik bagi negara? Saya jawab, iya pasti. Karena semua negara melakukan itu,” ujar Jokowi saat menghadiri Pertemuan Tahunan BI di Jakarta, Selasa (28/11) malam.
Langkah ketiga adalah pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Caranya dengan mengubah pola pendidikan di Indonesia. Yang saat ini dikembangkan adalah pendidikan vokasional. Harapannya, pelajar khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bisa dididik oleh guru yang memang ahli di bidangnya. Jadi, pola belajar murid tidak lagi menghafal melainkan menemukan solusi atas persoalan di lapangan.
Strategi lainnya adalah pengembangan inovasi. Untuk mendukung itu, pemerintah telah meningkatkan anggaran riset. Ke depan, universitas-universitas harus mengarahkan strategi pendidikannya ke perkembangan terkini. Salah satu contohnya adalah mendorong adanya jurusan terkait ekonomi digital.
Di sisi lain, menurut Jokowi, saat ini beberapa indikasi juga menunjukkan tren pertumbuhan ekonomi yang membaik. Pada kuartal III ini, misalnya, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,06% year on year yang ditopang oleh ekspor dan investasi.
(Baca: BI Proyeksi Ekonomi 6,2% di 2022, Jokowi: Kita Harus Optimistis)
Beberapa perbaikan yang dilakukan juga sudah menujukkan hasil. Hal ini terlihat dari kenaikkan peringkat Indonesia menjadi layak investasi oleh tiga lembaga pemeringkat utama dunia merupakan pertama kali selama 20 tahun terakhir. Kemudian peringkat kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB) juga naik 34 poin ke posisi 72.