Alibaba Group Siapkan Ekosistem E-Commerce Antarnegara
Alibaba Group berupaya untuk menggabungkan ekosistem sistem perdagangan online (e-commerce) antarnegara. Salah satu cara yang dilakukan Alibaba adalah dengan membantu persiapan ekosistem e-commerce di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Vice President Alibaba Group Brian Wong menyatakan semangat Alibaba adalah mendorong e-commerce negara lain untuk maju. "Kami tidak ingin membuat Alibaba di Indonesia, tetapi membantu ekosistem e-commerce-nya," kata Brian dalam konferensi pers di Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (5/12).
Pembuatan ekosistem e-commerce antarnegara ini bakal memberikan kemudahan bagi masyarakat global. Ide utamanya adalah penggunaan AliPay untuk setiap transaksi perdagangan di e-commerce di negara manapun. Contohnya, seorang pembeli di Tiongkok bisa dengan mudah membeli sepotong batik dari Indonesia dengan waktu pengiriman 3 hari.
Prediksi Alibaba, dalam jangka waktu 5 tahun, Tiongkok bakal mengimpor barang kebutuhannya dari luar negeri hingga mencapai US$ 8 miliar. "Negara kami memiliki kelas menengah yang tumbuh dari 300 juta orang menjadi 600 juta orang pada 2021," ujar Brian.
(Baca: Bahas Ekonomi Kreatif, Bekraf Undang Jack Ma hingga Jeff Bezos ke Bali)
Ia mengungkapkan pelaku usaha harus lebih mengetahui manfaat teknologi untuk ekonomi digital diperlukan untuk meningkatkan e-commerce di Indonesia. Oleh karena itu, Alibaba mengadakan seminar Alibaba Global Course untuk pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) lokal di Jakarta.
Menurut Brian, talenta dan sumber daya manusia (SDM) adalah kunci untuk mendorong inovasi dan ekosistem. Selain Jakarta, Alibaba Global Course dilakukan di Johor Bahru (Malaysia), Melbourne dan Sydney (Australia), Munich (Jerman), Madrid (Spanyol), dan Singapura. "Pendidikan adalah bagian dari luar biasa untuk membantu ekonomi digital," jelasnya.
Ia menekankan, pendekatan edukasinya adalah berbagi pengalaman dan pengetahuan sehingga UKM bisa memilih dan melihat kesempatan dalam membuat solusi yang tepat untuk masyarakat Indonesia. Sebab, pelaku usaha lokal dianggap paling mengerti dalam berinovasi sesuai kebutuhan.
Brian mengungkapkan bahwa kondisi Indonesia saat ini memiliki kesamaan dengan Tiongkok 18 tahun lalu. Sehingga, banyak investor asal negerinya yang menanamkan modal di industri e-commerce Tanah Air. Di Indonesia, Alibaba telah berinvestasi di Lazada, Tokopedia, dan UC Web. Selain itu, Brian juga menjelaskan Taobao.com, Alibaba.com, dan sektor pariwisata juga didorong untuk masuk ke Indonesia.
(Baca: Investasi E-Commerce Sumbang Surplus Neraca Pembayaran US$ 5,4 Miliar)
Dia memperkirakan, Indonesia bakal menguasai 46 persen pasar Asia Tenggara pada 2025 dengan nilai transaksi mencapai US$ 46 miliar. Penetrasi e-commerce yang masih rendah, logistik yang harus mencakup 17 ribu pulau, dan keuangan inklusif menjadi poin yang mesti diperhatikan Indonesia untuk bisa merealisasikan prediksi ini.
Selain itu, penggunaan media sosial sebagai penjualan juga masih diminati oleh 60 persen pembeli di Indonesia. "Kami harus mengajak penjual untuk menggunakan e-commerce yang lebih mudah, karena sudah memiliki sistem pembayaran dan logistik," kata Brian.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan UKM Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rudy Salahduddin juga mengungkapkan ekonomi Indonesia sedang bergerak ke tahap penggabungan antara sektor perdagangan online dan offline. "Kita perlu lebih proaktif dan adaptif terhadap perubahan," ujarnya.
Menurutnya, langkah Alibaba untuk membangun infrastruktur dan membina UKM, sesuai dengan misi pemerintah untuk meningkatkan ekonomi digital Indonesia. Oleh karena itu, Rudy mendukung inisiatif dari sektor swasta, termasuk Alibaba.
(Baca: Lazada Bukukan Rekor Transaksi Rp 1,6 Triliun di Pesta Diskon Online)