Visi Misi Marsekal Hadi Bahas Ancaman Siber, Proxy War, dan Tiongkok

Dimas Jarot Bayu
6 Desember 2017, 14:42
KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto
ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf
KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (7/4).

Calon Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menjalani uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang digelar Komisi I DPR, Rabu (6/12) siang. Dalam agenda tersebut, Hadi memaparkan visi dan misinya sebagai calon Panglima TNI.

Dalam paparannya, Hadi mengatakan bahwa perkembangan teknologi, informasi komunikasi, dan trasportasi perlu dicermati. Ketiga hal tersebut pasalnya dianggap telah mengubah model interaksi, baik antarmanusia maupun negara.

Lebih jauh, dampak perubahan besar ini juga telah memuculkan friksi bahkan konflik baru yang berbeda dari sebelumnya. Hadi mengatakan, dari hal tersebut maka akan muncul fenomena baru yang dengan sendirinya akan mengubah perspektif ancaman terhadap pertahanan negara.

"Perkembangan lingkungan strategis baik dalam tataran global, regional, maupun nasional yang dinamis merupakan determinan dalam menentukan konsep pertahanan negara. Hal ini terkait perspektif ancaman kontemporer baik yang berdimensi militer murni maupun non militer atau campuran di antara keduanya," kata Hadi di Kompleks Parlemen, Jakarta.

(Baca: Gerindra Kritik Marsekal Hadi Belum Punya Prestasi Luar Biasa)

Menurut Hadi, salah satu fenomena yang paling mudah diamati adalah terjadinya perubahan fundamental terhadap konstelasi politik dunia. Saat ini, Hadi menilai kekuasaan tatanan dunia telah bergeser menjadi unimultipolar, di mana negara adikuasa tidak mampu melaksanakan tindakannya tanpa adanya bantuan kekuatan-kekuatan regional lainnya.

Hadi juga menilai kepemimpinan negara adikuasa baru telah mengubah pola intensitas komitmen terhadap keamanan global. Kondisi tersebut semakin dipersulit dengan masuknya aktor-aktor non negara yang mengusung berbagai kepentingan individu maupun kelompok dalam berbagai kemasan, seperti ideologi, agama, suku, hingga ekonomi.

"Wujud nyata dari realitas ini adalah munculnya instabilitas di beberapa kawasan yg sedianya berada dalam kendali, seperti di Timur Tengah, Irak, Suriah, Filipina, dan krisis nuklir di Korea Utara," kata Hadi.

Hadi pun menilai saat ini serangan teroris menjadi ancaman yang nyata. Terorisme juga terbukti telah berujung pada proxy war atau hybrid war dengan melibatkan berbagai aktor.

"Melalui berbagai media sosial dan jaringan media internet lainnya, host dari kelompok teroris telah mampu secara cepat menyebarkan pengaruh dan bahkan mengaktifkan sel tidur atau pun simpatisannya di seluruh dunia demi mendukung kepentingannya," kata dia.

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...