125 Ribu UKM Dapatkan 30% Omzet dari Go-Food
Perusahaan transportasi berbasis digital Go-Jek memiliki 125 ribu penjual yang terdaftar dalam fitur pemesanan makanannya, yakni Go-Food. Penjual yang menggunakan Go-Food pun diklaim mendapatkan 30% omzetnya dari hasil penjualan digital.
Chief Executive Officer (CEO) Go-Jek Nadiem Makariem menyatakan, kecepatan pengiriman Go-Food menjadi salah satu nilai tambah bagi pengguna dan penjual. “Jumlah pengemudi banyak sekali sehingga ekosistem kami cukup besar,” kata Nadiem di Jakarta, Selasa (9/1).
Menurutnya, Go-Food dibentuk karena permintaan masyarakat. Pada awal peluncuran aplikasi, pada 2014, aplikasi yang tersedia di Go-Jek hanya Go-Ride, Go-Send, dan Go-Shop. Namun, penggunaan Go-Jek untuk belanja sangat tinggi. “Sekitar 90% orang yang berbelanja itu untuk makanan,” tutur Nadiem.
Oleh karena itu, Go-Jek kemudian memutuskan untuk meluncurkan fitur Go-Food. Ia pun mengklaim Go-Food merupakan layanan pengantaran makanan terbesar di dunia, setelah Tiongkok.
(Baca juga: Miliki 1,5 Juta Mitra, Go-Jek Lapor Rencana Bisnis ke BI)
Nadiem juga mengungkapkan, sebesar 80% penjual kuliner di Go-Food adalah UKM, sisanya merupakan korporasi besar. Ia pun menyebutkan, jumlah mitra penjual pada 2015 hanya 10 ribu di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, dan Bali. Sekarang, Go-Food sudah tersebar mencapai 50 kota.