Hanya 11% Lahan Irigasi yang Dapat Pasokan Air dari Bendungan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengungkapkan dari 7,3 juta hektare lahan irigasi yang ada di Indonesia saat ini, hanya 11 persen yang mendapat pasokan air dari waduk atau bendungan. Pemerintah berupaya meningkatkan pasokan air untuk irigasi dengan menambah jumlah bendungan.
Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menargetkan pembangunan 65 bendungan di Indonesia dalam periode 2015-2019. Dari jumlah tersebut sebanyak 16 bendungan merupakan lanjutan dan 49 bendungan baru yang dibangun pada pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Menurut Basuki, pembangunan bendungan akan meningkatkan kapasitas tampungan air sehingga bisa menjaga kontinuitas suplai air ke sawah. “Nantinya setelah 65 bendungan rampung akan bertambah menjadi 19-20 persen,” kata Basuki dalam keterangan resminya, Selasa (16/1).
(Baca: Kementerian PUPR Anggarkan Pembangunan 14 Bendungan Tahun Ini)
Salah satu provinsi yang menjadi lokasi pembangunan bendungan tersebut adalah Jawa Barat, yang dianggap sebagai lumbung pangan nasional. Kementerian PUPR tengah menyelesaikan pembangunan lima proyek bendungan di provinsi ini yakni Bendungan Ciawi (Cipayung), Sukamahi, Kuningan, Leuwikeris dan Cipanas.
Dari kelima bendungan tersebut, dua bendungan diantaranya, yakni Bendungan Leuwikeris dan Kuningan sudah mengalami kemajuan signifikan. Progres tanahnya masing-masing sudah mencapai 48,77 persen dan 84,46 persen.
Bendungan Kuningan yang terletak di Desa Randusari, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan memiliki volume tampung total sebesar 25,955 juta meter kubik. Air dari bendungan ini akan dialirkan pada Daerah Irigasi (DI) Cileuweung seluas 1.000 hektare dan DI Jangkelok seluas 2.000 hektare. Manfaat lain adalah pengendalian banjir, sumber air baku sebanyak 300 liter per detik dan pembangkit listrik sebesar 535 kilowatt.
Progres pembangunan Bendungan Kuningan hingga awal Januari 2018 sudah mencapai 75,39 persen dan ditargetkan rampung pada akhir tahun ini. Selanjutnya akan dilakukan pengisian air bendungan (impounding) pada awal 2019. (Baca: Jokowi Tinjau Dua Proyek Bendungan Pengendali Banjir Jakarta)
Biaya pembangunan bendungan yang membendung Sungai Cikaro (anak Sungai Cijalengkok) senilai Rp 727,9 miliar. Proses konstruksi pekerjaannya telah dimulai sejak 2013 oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. dan PT Brantas Abipraya dengan anggaran Rp 464,9 miliar.
Sedangkan Bendungan Leuwikeris yang terletak di Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, memiliki kapasitas tampung 81,44 juta meter kubik. Bendungan akan mengairi jaringan irigasi seluas 4.616 hektare dan sumber air baku berkapasitas 8450 liter per detik untuk satu juta pelanggan di Ciamis, Banjar, dan Tasikmalaya.
Manfaat lainnya, bisa mereduksi banjir sebesar 450 meter kubik per detik, dan energi listrik tenaga air sebesar 2 megawatt (MW). Pembangunan Bendungan Leuwikeris dimulai tahun 2016 dan ditargetkan selesai tahun 2021.
Kontrak kerja pembangunannya terbagi menjadi dua paket. Paket pertama dikerjakan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk. dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. senilai Rp 867 miliar. Sedangkan paket lainnya dikerjakan oleh PT Hutama Karya (Persero) senilai Rp 385,46 Miliar.