Survei BI: Permintaan Kredit Meningkat, Bank Bersikap Selektif
Bank Indonesia (BI) melihat adanya indikasi penguatan permintaan kredit baru. Berdasarkan survei perbankan kuartal IV 2017, saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru mencapai 94,3%, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 77,9%. Meski begitu, BI menyebut perbankan tetap berhati-hati dalam menyalurkan kredit.
"Perbankan tetap berhati-hati dalam menyalurkan kredit baru, sebagaimana tercermin dari rata-rata persentase jumlah permohonan kredit yang tidak disetujui oleh bank sebesar 21,7%, meningkat dari 18,1% pada triwulan sebelumnya," demikian tertulis dalam hasil survei BI yang dilansir Selasa (17/1).
Berdasarkan analisis BI, kenaikan permintaan kredit baru didorong oleh meningkatnya kebutuhan pembiayaan, penurunan suku bunga kredit, dan peningkatan promosi penawaran kredit.
Adapun permintaan kredit terjadi di semua jenis penggunaan kredit. Hal tersebut tercermin dari SBT kredit modal kerja yang meningkat 13,2% dibandingkan kuartal sebelumnya menjadi 84,3%, SBT kredit investasi yang naik 14,4% menjadi 84,2%, dan SBT kredit konsumsi yang naik 14,5% menjadi 35%.
Secara khusus, menguatnya pertumbuhan kredit konsumsi terutama didorong oleh meningkatnya permintaan kartu kredit, Kredit Kepemilikan Rumah/Apartemen (KPR/KPA), dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB). “Peningkatan KKB tersebut sejalan dengan rata-rata penjualan sepeda motor dan mobil pada triwulan IV 2017 (Oktober-November) yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya,” demikian tertulis.
(Baca juga: Ekonomi Tumbuh Positif, Penjualan Mobil Ditargetkan 1,1 Juta di 2018)
Secara sektoral, pertumbuhan permintaan kredit baru pada 12 sektor ekonomi menguat, yang tertinggi pada sektor konstruksi dengan kenaikan SBT sebesar 38,7% dari kuartal sebelumnya menjadi 80,8%, kemudian sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan dengan kenaikan SBT sebesar 25,7%, dan sektor perantara keuangan dengan kenaikan SBT sebesar 23,7%%.
Sementara itu, berdasarkan orientasi penggunaannya, penguatan permintaan kredit baru terjadi pada kredit ekspor dengan kenaikan SBT sebesar 28,8% menjadi 56,6%, sebaliknya permintaan kredit impor mengalami perlambatan yang tercermin dari penurunan SBT sebesar 13,4% menjadi 7,4%.
Adapun berdasarkan jenis debiturnya, permintaan kredit tertinggi berasal dari non Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan kenaikan SBT sebesar 48% menjadi 77,7%, diikuti oleh UMKM non-Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan kenaikan SBT 40,2% menjadi 71,6%, dan kredit UMKM KUR dengan kenaikan SBT 1,3% menjadi menjadi 41,4%.
Sejalan dengan naiknya permintaan kredit baru, persentase jumlah responden (bank) yang pencapaian kredit barunya di bawah target turun 15% dibandingkan kuartal sebelumnya menjadi 62,5%. Ini artinya pencapaian target kredit baru membaik.
BI pun optimistis permintaan kredit masih akan meningkat di kuartal I 2018, meskipun kemungkinan tak setinggi di kuartal IV 2018. Hal ini terindikasi dari SBT permintaan kredit baru untuk kuartal I 2018 yang sebesar 92,8%, hanya sedikit lebih rendah kuartal IV 2017 yang sebesar 94,3%.
“Perkiraan menguatnya pertumbuhan ekonomi, rencana penurunan suku bunga kredit, dan penurunan risiko penyaluran kredit menjadi faktor utama yang mendorong optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit triwulan I 2018,” demikian tertulis. (Baca juga: Kondisi Membaik, OJK Proyeksikan Kredit Tumbuh 10-12% di 2018)
Di sisi suku bunga, rata-rata suku bunga kredit diperkirakan turun pada kuartal I 2018 untuk hampir semua jenis kredit. Rata-rata suku bunga kredit modal kerja diperkirakan turun 5 basis poin (bps) atau 0,05% menjadi 12,24%. Sementara suku bunga kredit konsumsi turun 0,08% menjadi 15,08%. Namun demikian, rata-rata suku bunga untuk kredit investasi diperkirakan naik 0,02% menjadi 11,89%.
Seiring perkembangan positif tersebut, pertumbuhan kredit perbankan pada 2018 diperkirakan bakal mencapai 11,8% secara tahunan (year on year/yoy) atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 yang pertumbuhannya kurang dari 10%.