Ekonom: Likuiditas Bank Berlimpah Tak Garansi Bunga Kredit Turun

Desy Setyowati
19 Januari 2018, 22:06
Bank
Agung Samosir | Katadata

Likuiditas bank berpotensi lebih melimpah ke depan. Hal itu lantaran Bank Indonesia (BI) bakal merelaksasi beberapa ketentuan terkait pengelolaan likuiditas. Namun, ekonom menilai kondisi tersebut tak lantas mendorong bunga kredit turun.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih mengatakan, meningkatnya likuiditas biasanya lebih berpengaruh kepada bunga deposito. "Bisa (bunga kredit turun), tapi lama. Bunga kredit ada faktor lain, termasuk marjin bank,” kata Lana kepada Katadata, Jumat (19/1). (Baca juga: BI Tahan Bunga Acuan 4,25%, Rilis Tiga Ketentuan Soal Likuiditas Bank)

Di sisi lain, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, ketentuan anyar BI semestinya membuat perputaran dana di Pasar Uang Antarbank (PUAB) semakin besar. Alhasil, bunga pinjaman di PUAB semakin rendah dan biaya dana bank makin murah. 

Kondisi tersebut semestinya bisa mendorong bunga kredit turun. Namun, ia menyadari bunga kredit tidak mudah turun. Buktinya, meskipun likuiditas bank sudah tergolong besar saat ini dan BI sudah memangkas bunga acuan secara agresif, namun penurunan bunga kredit belum sesuai harapan BI. (Baca juga: BI Perlonggar Giro Wajib Minimum, Bank Bisa Perbesar Keuntungan)

Menurut dia, hal itu lantaran beberapa bank masih dalam tahap konsolidasi akibat tekanan kredit seret (Non Performing Loan/NPL) yang membesar. Atas dasar itu, ia berpendapat, konsolidasi perbankan harus selesai dulu baru bisa berharap bunga kredit turun lebih jauh. 

Adapun per Oktober lalu, rasio NPL perbankan masih cukup tinggi yaitu sebesar 2,89% (gross) dari total kredit bank. Namun, level tersebut sudah membaik lantaran sebelumnya sempat lama bertengger di kisaran 3%.

Meski begitu, ia menekankan, rendahnya bunga kredit tidak lantas memicu kenaikan permintaan kredit dan penyaluran kredit. Ia mencontohkan kondisi di Jepang. Bunga kredit sudah lebih turun di bank-bank di Negeri Sakura, tapi permintaan kredit tak lantas terpacu. (Baca juga: Survei BI: Permintaan Kredit Meningkat, Bank Bersikap Selektif)

Di sisi lain, merujuk ke Amerika Serikat (AS), permintaan kredit justru meningkat ketika pemerintahnya berkomitmen melakukan reformasi struktural, misalnya di bidang perpajakan. Reformasi struktural juga tengah dilakukan di Indonesia. "Tapi implementasinya belum terasa," ucapnya. 

Adapun BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berharap, lewat berbagai kebijakan dan pemulihan ekonomi, kredit bank bisa tumbuh di atas 10% tahun ini. (Baca juga: Kondisi Membaik, OJK Proyeksikan Kredit Tumbuh 10-12% di 2018)

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...