BPDP: 75% Dana Patungan Ekspor Sawit untuk Subsidi Biodiesel
Presiden Direktur Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Dono Boestami menyatakan, pengumpulan dana patungan dari ekspor sawit mencapai Rp 11,7 triliun pada 2017 lalu. Dari dana yang terkumpul, sekitar 75% di antaranya digunakan untuk subsidi biodiesel.
Program mandatory pencampuran 20% biodiesel (B20) ke dalam solar ditetapkan melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 20 Tahun 2014. “Penyerapan cepat dengan kesiapan industri hanya bisa dilakukan oleh kelapa sawit,” kata Dono ketika dihubungi Katadata, Senin (22/1).
Sedangkan, pengembangan biodiesel dari bahan alternatif lain, seperti minyak jarak dan kemiri, bakal menghabiskan waktu sampai 6 tahun.
BPDP pun mencatat ada 22 perusahaan bahan bakar nabati dengan kapasitas 12 juta kiloliter. Di antaranya, ada Wilmar Group, Darmex Agro Group, Musim Mas, First Resources, dan Louis Dreyfus Company (LDC) yang mendapat dana sebesar Rp 7,5 triliun untuk memproduksi biodiesel.
(Baca juga: Malaysia Tertinggal dari Indonesia Soal Campuran Sawit dalam Biodiesel)
Dono menyatakan, realisasi biodiesel tahun lalu hanya mencapai 3,13 juta kiloliter dari total kebutuhan sebesar 3,5 juta kiloliter. Namun ia optimistis produsen bakal mencapai target 5,2 juta kiloliter tahun 2018.
Ia juga menekankan bahwa penggunaan dana BPDP tidak hanya untuk penyerapan biodiesel. “Kami bisa gunakan untuk teknologi, inovasi, dan juga diplomasi. Sesuai program pemerintah,” kata Dono.
Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan menjelaskan dana yang digunakan BPDP berasal dari pungutan ekspor perusahaan kelapa sawit.
Besar dana pungutan itu US$ 50 untuk tiap ton ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/ CPO) dan US$ 30 per ton produk turunannya. “Dukungan program biodiesel bukan subsidi (dari pemerintah),” ujar Paulus.
(Baca juga: Bea Masuk Biodiesel Terlalu Tinggi, RI Ancam Laporkan AS ke WTO)
Ia menyatakan, BPDP menanggung selisih harga solar karena Pertamina tidak menanggung selisih biaya produksi biofuel dan harga minyak dunia. Selain itu, Paulus juga menyebutkan bahwa alokasi pasokan produsen biodiesel disesuaikan dengan kapasitas pabrik. Alasan lainnya, beberapa produsen biodiesel tidak memiliki kebun sawit.
Selain biodiesel, BPDP juga memberikan dana untuk replanting, riset, promosi, dan advokasi berjalan. “Semua ini bisa berjalan dengan dukungan dana 100% pengekspor sawit,” jelas Paulus.
Dia pun mengungkapkan, 2,35 juta kiloliter biodiesel yang diproduksi oleh anggota Aprobi untuk kebutuhan masyarakat dan 179 ribu kiloliter untuk diekspor.