Industri Sawit Eropa Dukung Indonesia Lawan Diskriminasi Uni Eropa

Michael Reily
13 Februari 2018, 19:32
Kelapa sawit
Arief Kamaludin|KATADATA
Petani memanen buah kelapa sawit di salah satu perkebunan kelapa sawit di Desa Delima Jaya, Kecamatan Kerinci, Kabupaten Siak, Riau.

Diskriminasi terhadap produk minyak sawit Indonesia di pasar Uni Eropa (UE) sejatinya sudah berlangsung sejak lama. Meski begitu, Indonesia kini tidak lagi sendirian dan telah memperoleh dukungan dari Aliansi asosiasi industri minyak sawit Eropa atau European Palm Oil Alliance (EPOA) untuk melobi kampanye negatif terhadap minyak sawit Indonesia, terutama biodiesel di Uni Eropa.

Direktur Eksekutif Gapki Danang Girindrawardhana menyatakan Gapki akan terus berusaha meningkatkan usaha untuk mencapai minyak sawit berkelanjutan. “Kami mendengarkan penjelasan dari EPOA, mereka menyesalkan pelarangan CPO (Crude Palm Oil) dan biodiesel di Eropa,” kata Danang kepada wartawan di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (13/2).

EPOA merupakan gabungan dari 8 perusahaan dan asosiasi, yaitu Cargill, IOI Loders Croklaan, Sime Darby, Unigra, Olenex, MVO, Malaysian Palm Oil Council, dan Gapki. Terkait masalah diskriminasi ini, EPOA melihat CPO tak hanya dari sudut pandang bisnis, tapi juga sebagai salah satu masalah sosial.

Pasalnya, keberlanjutan dalam sustainability palm oil juga dapat dilihat dari aspek ketenagakerjaan. “Sebanyak 4,6 juta petani sawit di Indonesia bisa terancam apabila "Sustainability Development Goals" tidak tercapai,” jelas Danang.

Sementara itu, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biodiesel (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengungkapkan kelapa sawit membutuhkan kerja sama dengan pihak Eropa. Terutama dalam masalah keputusan parlemen Uni-Eropa untuk mengeluarkan minyak sawit dari biodiesel berkelanjutan tahun 2021.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...