Ini Skenario Tarif Cukai Plastik dan Dampaknya ke Inflasi
Pemerintah berencana menerapkan cukai plastik kresek tahun ini. Penerapannya tinggal menunggu restu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Berdasarkan hasil kajian, kebijakan tersebut tidak akan berdampak besar terhadap inflasi.
Kepala Pusat Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Adriyanto mengungkapkan, dengan skenario tarif cukai Rp 2 ribu per kilogram, tambahan ke inflasi tak sampai 0,1%. Adapun cukai diharapkan bisa mengurangi penggunaan plastik kresek dan mendorong produksi plastik ramah lingkungan.
“Kemarin kami pernah lihat kajiannya ya plastik, tapi sebenarnya dampak inflasinya tidak besar kok. Untuk cukai Rp 2 ribu per kilogram tambahan inflasinya 0,03%,” kata dia usai menghadiri Seminar Indonesian Capital Market Student Studies (ICMSS) di Universitas Indonesia, Depok, Kamis (22/2). (Baca juga: Mulai Juli 2018, Cukai Kantong Plastik Direncanakan Berlaku)
Meski begitu, jika ada keberatan dari para pelaku usaha, ia mendorong untuk didiskusikan dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menggodok rencana kebijakan tersebut. “Silakan didiskusikan saja dengan teman-teman Bea Cukai. Kan ada forumnya untuk didiskusikan,” ucapnya.
Penerapan cukai plastik kresek tinggal menunggu persetujuan dari Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Adapun Anggota Komisi Keuangan Donny Priambodo menyambut baik kebijakan cukai plastik ini. Ia pun menanti pembahasan dengan pemerintah mengenai tarifnya.
“Rencana untuk mengenakan cukai pada plastik kresek, baik yang bisa didaur ulang maupun yang tidak menurut saya baik, bisa digunakan untuk mengendalikan limbah lingkungan, selain bisa menjadi pendapatan negara,” ucapnya. (Baca juga: Kemenperin Nilai Cukai Minuman Berpemanis Bisa Hambat Industri)
Ditjen Bea Cukai berharap cukai plastik kresek bisa diterapkan mulai Juli tahun ini. Rencananya, tarif cukai untuk plastik yang bisa didaur ulang akan lebih ringan. Institusi sempat menargetkan penerimaan Rp 500 miliar dari cukai plastik tahun ini.
