Jadi Pionir Penerbit Green Sukuk di Asia, Indonesia Raup US$ 3 Miliar
Pemerintah Indonesia meraup US$ 3 miliar atau setara Rp 40,9 triliun dari hasil penerbitan green sukuk global atau surat utang syariah global untuk proyek ramah lingkungan. Penerbitan green sukuk tersebut merupakan yang pertama kalinya dilakukan oleh negara Asia.
Secara rinci, green sukuk global tersebut diterbitkan dalam dua tenor. Pertama, tenor 5 tahun, imbal hasil 3,75%, dengan total penyerapan dana US$ 1,25 miliar. Adapun green sukuk dengan tenor ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan oleh pemerintah negara (sovereign). Kedua, tenor 10 tahun, imbal hasil 4,4%, dengan penyerapan dana US$ 1,75 miliar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan penerbitan green sukuk mendapat sambutan positif dari pelaku pasar. Hal tersebut tercermin dari banyaknya jumlah permintaan yang masuk. “Kami memanfaatkan sambutan internasional dari green market serta didukung oleh tiga rating agency. Makanya, kami berhasil mendapatkan book lebih tinggi dari targetnya," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin (26/2).
(Baca juga: Cegah Dana Asing Keluar, Ekonom Usulkan Holding Period Obligasi Negara)
Sukuk dengan tenor lima tahun mendapat penawaran US$ 3 miliar dan sukuk bertenor 10 tahun mendapat penawaran US$ 4,2 miliar. Ini artinya, keduanya mengalami kelebihan permintaan sebanyak 2,4 kali dari kebutuhan pemerintah. Rencananya, settlemen atau penyelesaian transaksi bakal dilakukan pada 1 Maret 2018 mendatang.
Adapun green sukuk ini didaftarkan pada Bursa Saham Singapura (Singapore Stock Exchange) dan NASDAQ Dubai. Setiap seri telah diberikan peringkat Baa3 oleh Moody’s Investors Service, BBB- oleh S&P Global Ratings, dan BBB oleh Fitch Ratings.