Harga Gabah Petani Turun, BPS Sebut Beras Impor Disimpan di Gudang
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata harga gabah petani mengalami penurunan pada Februari lalu. Harganya diprediksi bakal semakin turun pada Maret lantaran adanya panen raya. Maka itu, beras impor hanya akan disimpan di gudang untuk cadangan Perum Bulog.
"Enggak, kami sudah sepakat bagi tugas di Pak Menko. Beras impor semua masuk gudang hanya untuk menambah cadangan. Cadangan Bulog sekarang kan tipis, jadi semua beras impor hanya untuk jaga-jaga di gudang," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Kamis (1/3).
(Baca juga: 261 Ribu Ton Beras Impor Siap Penuhi Gudang Bulog)
Secara rinci, rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) pada Februari turun 3,84% dari bulan sebelumnya (month to month) menjadi Rp 5.207 per kilogram (kg). Sementara itu, harga di tingkat penggilingan Rp 5.305 per kg.
Di sisi lain, rata-rata harga Gabah Kering Giling (GKG) turun 0,68% menjadi Rp 5.961 per kg. Sedangkan harganya di tingkat penggilingan Rp 6.094.
Suhariyanto menilai, penurunan harga gabah pada Februari lalu sebagai hal yang wajar. Sebab, kualitas gabah menurun lantaran cuaca yang kurang bagus. "Mungkin pertengahan Maret turunnya akan lebih tajam karena panen raya. Kami berharap turunnya jangan terlalu drastis. Kasihan petani kan, makanya Bulog ditugaskan untuk menyerap gabah (petani)," kata dia.
Seiring dengan penurunan harga gabah, Nilai Tukar Petani (NTP) Februari juga mengalami penurunan sebesar 0,57% dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi 102,33. Penurunan terbesar terjadi pada NTP subsektor tanaman pangan yang menurun jadi 1,22% dan kenaikan terbesar terjadi pada NTP budidaya ikan yang mengalami kenaikan 0,48% menjadi 99,71.
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima (pendapatan) petani terhadap indeks harga yang dibayar (pengeluaran) petani. Semakin tinggi nilai tukar petani, semakin kuat pula kemampuan atau daya beli petani. Acuannya, bila rasionya di atas 100, maka petani mengalami surplus pendapatan; rasio sama dengan 100, petani mengalami impas; dan rasio di bawah 100, petani mengalami defisit pendapatan.