Kredit Tumbuh Tipis, BI dan Pemerintah Beda Prediksi Soal Laju Ekonomi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pesimistis dengan pertumbuhan ekonomi di awal tahun. Hal itu disebabkan beberapa faktor, antara lain rendahnya pertumbuhan kredit bank yang mengindikasikan ekspansi bisnis masih terbatas. Namun, Bank Indonesia (BI) punya pendapat berbeda.
BI meyakini, ekonomi kuartal I 2018 bakal lebih baik dibandingkan periode sama tahun lalu. “Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2018 diperkirakan tumbuh lebih baik dari triwulan yang sama tahun sebelumnya, didorong oleh investasi dan konsumsi pemerintah yang meningkat, konsumsi swasta yang stabil, dan kinerja ekspor yang tetap positif,” demikian tertulis dalam siaran pers resmi BI, Kamis (22/3).
(Baca juga: Menko Darmin Prediksi Ekonomi Kuartal I Kurang dari 5,01%)
BI mengakui pertumbuhan kredit rendah yaitu di bawah 10% secara tahunan, namun pembiayaan ekonomi melalui pasar modal terus mengalami peningkatan. Kredit hanya tumbuh 7,4% pada Januari 2018 dan naik sedikit menjadi 8,2% pada Februari 2018. Sementara itu, pembiayaan ekonomi melalui pasar modal naik 99,8%.
"Mereka (korporasi) melakukan pembelian (terkait bisnis) sehingga mereka cari dana tidak hanya dari sektor perbankan, tapi juga dari pasar modal,” kata Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Linda Maulidina saat Konferensi Pers di BI, Kamis (22/3).
Adapun lemahnya penyaluran kredit perbankan disebabkan permintaan kredit yang belum tinggi dan perilaku bank yang masih selektif dalam memberikan kredit baru. Perilaku selektif tersebut seiring dengan masih tingginya risiko kredit.
Pada Februari 2018, rasio kredit seret (Non Performing Loan/NPL) gross berada di level 2,9% dari total kredit, padahal sebelumnya sempat turun ke level 2,59 pada akhir 2017 lalu. (Baca juga: Pertumbuhan Kredit Rendah, Jokowi Kritik Bank Pilih Main Aman)
Namun, Linda meyakini kenaikan NPL musiman. Apalagi, bank juga sudah berkomitmen untuk menurunkan NPL dan ada pengawasan juga dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ke depan, ia pun optimistis pertumbuhan kredit bakal meningkat lantaran perbankan juga memiliki likuditas yang cukup untuk disalurkan.
Sejauh ini, ia melihat perbankan sudah mulai ekspansi kredit ke sektor infrastruktur. Ke depan, BI mendorong ekspansi ke sektor-sektor unggulan, khususnya sektor properti. "Formulasi ini akan kami diskusikan pada saat ini," kata dia. "Kami rasa 2018 kredit akan lebih baik dibanding 2017."
Sementara itu, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menilai wajar soal rendahnya pertumbuhan kredit di awal tahun. "Kalau Januari itu selalu ada January Effect. First quarter selalu lambat (pertumbuhan kredit)," kata dia.
Dari sektor korporasi, ia melihat permintaan kredit infrastruktur, telekomunikasi, dan properti sudah mulai tinggi. Tapi, penarikan kredit memang masih sedikit lambat. Hal itu, menurut dia, lantaran belanja modal baru dimulai Maret-April. Dengan data-data tersebut, ia pun optimistis, pertumbuhan kredit bakal membaik dari tahun lalu.
Di sisi lain, kredit untuk usaha mikro dan kecil juga tinggi disokong penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Selain itu, kredit konsumsi yaitu kredit pemilikan properti juga tumbuh tinggi, meski persaingan ketat. “Pertumbuhannya double digit," kata dia.
Sebelumnya, Menko Darmin memprediksi, imbas penyaluran kredit yang seret dan kinerja sektor pertanian yang belum optimal di awal tahun, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 berpotensi lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu. “Mungkin kuartal I tidak bisa lebih tinggi dari pertumbuhan kuartal 1 tahun lalu (5,01%). Sudah bagus kalau sama,” kata dia.