Indonesia dalam Bayang-bayang Perang Dagang Amerika-Tiongkok

Muchamad Nafi
5 April 2018, 05:20
Pelabuhan ekspor
Katadata

Tiongkok tak hanya menggertak ketika menyatakan hendak membalas kebijakan Amerika Serikat yang memperbesar bea masuk impor atas sejumlah komoditas. Senin kemarin, Negeri Panda itu resmi mengumumkan kenaikan tarif impor hingga 25 persen atas 128 produk Amerika. Perang dagang kedua negara yang dicemaskan banyak pihak tak terhindarkan. Indonesia pun tak kalis dari imbas perseteruan ini.

Hubungan dagang kedua negara makin memanas ketika pada awal bulan lalu Presiden Amerika Serikat Donald Trump menginstruksikan kenaikan tarif bea masuk impor baja dan alumunium sebesar 25 persen dan 10 persen. Ini bagian dari 1.300 produk Cina yang akan terkena penambahan tarif. Perintah tersebut dijalankan oleh perwakilan perdagangan Amerika, Robert Lighthizer, terhadap barang-barang impor dari Tiongkok dengan nilai sekitar US$ 50 miliar.

Advertisement

Trump meyakini langkahnya dapat memacu industri lokal Amerika yang menderita akibat ketimpangan perdagangan. Dia menuding hal itu imbas pencurian rahasia perdagangan, termasuk piranti lunak, hak paten, dan teknologi yang lain. (Baca juga: BI: Perang Dagang AS-Tiongkok Bisa Koreksi Pertumbuhan Ekonomi).

Hanya beberapa negara yang tidak dikenakan tarif baru seperti Kanada, Australia, Meksiko, dan Uni Eropa. Dan Cina tidak termasuk yang diperkecualikan. Padahal, Negeri Tembok Raksa ini salah satu pengekspor terbesar baja dan alumunium ke Amerika. Tiongkok menyatakan langkah Trump sebagai serangan serius bagi ekonomi dunia karena memicu perang dagang.

Dalam aksi balasan Tiongkok, produk yang mendapat tarif tambahan seperti wine, buah-buahan, kacang-kacangan, dan daging babi beku. Sebanyak 128 produk tersebut sesuai dengan daftar rencana pengenaan tarif yang dirilis 23 Maret lalu. (Baca pula: Perang Dagang Dimulai, Bursa Global Berguguran dan IHSG Anjlok 2%).

Gelagat Cina memberi perlawanan terlihat begitu Trump mengumumkan kenaikan tarif impor baja dan aluminium dua pekan sebelumnya. Seperti dikutip Bloomberg, Duta Besar China untuk Amerika Cun Tiankai menyatakan tidak ingin ada perang dagang. “Tapi jika pihak itu ingin bermain kasar, kami akan bermain kasar, dan lihat siapa yang bertahan paling lama,” kata Cun.

Jauh sebelum itu, isu perang dagang dua negara dengan ekonomi terbesar dunia tersebut sempat naik-turun. Hal ini bermula saat Trump berkampanye pada pemilihan presiden 2016 lalu. Salah satu jualan calon dari Partai Republik ini yaitu meningkatkan ekonomi dalam negeri melalui kebijakan proteksionisme yang kemudian ia sebut sebagai “American First”.

Ketika itu, Trump menyerang berbagai pakta perdagangan internasional seperti Perjanjian Bebas Amerika Utara (NAFTA) dan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP). Pada situasi seperti itu, Cina masuk dengan membangun sejumlah kerja sama regional, seakan mendirikan poros baru tanpa campur tangan Amerika. Isu perang dagang pun sempat mencuat walau kemudian mereda.

Ketegangan Tiongkok dan Amerika Serikat kembali menguat setelah Trump dilantik sebagai presiden Amerika ke-45 pada akhir Januari 2017. Berulang kali, dia mengecam kebijakan dagang Negeri Tirai Bambu dan mengancam bakal menaikkan pajak impor hingga 45 persen. Trump juga menuduh Cina memanipulasi nilai kurs Yuan untuk menekan daya saing produsen Amerika.

Semula, Beijing membuka “jalan damai” atas tekanan Washington. Dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, Januari tahun lalu, Presiden Xi Jinping menegaskan tidak ada yang menang dalam perang dagang. Negaranya siap bekerja sama dengan pemerintahan Trump untuk mencapai keuntungan besar bagi bisnis dan konsumen kedua negara.

Tawaran bergandeng seirama tersebut ditampik Trump. Awal bulan lalu dia merealisasikan ancamannya untuk mengenakan bea masuk tinggi terhadap produk-produk Tiongkok terutama baja dan alumunium. Serangan ini langsung mendapat balasan, situasi yang tidak diharapkan banyak negara mengingat dapat memukul pertumbuhan eknomi dunia yang masih lemah.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement