Produksi Migas Pertamina Kuartal I 2018 Meningkat 39%
PT Pertamina (Persero) mencatatkan kenaikan produksi minyak dan gas bumi (migas) selama periode Januari hingga Maret 2018. Peningkatan produksi ini didukung oleh sejumlah blok migas yang kini dikelola perusahaan pelat merah itu.
Senior Vice President Upstream Strategic Planning and Operation Evaluation Pertamina Meidawati mengatakan produksi migas Pertamina Januari hingga Maret 2018 mencapai 924 ribu barel setara minyak per hari (bsmph). Padahal periode yang sama tahun lalu hanya 665 bsmph.
Meski meningkat dari target tahun lalu, capaian tersebut masih rendah daripada target dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) 2018. Dalam RKA, Pertamina menargetkan produksi bisa mencapai 930 bsmph.
Jika dirinci, produksi minyak selama tiga bulan terakhir sebesar 386 ribu barel setara minyak per hari (bph). Tahun lalu yang mencapai 326 ribu bph.
Adapun, produksi gas Januari- Maret 2018 mencapai 3.036 juta kaki kubik per hari. Tahun lalu, periode yang sama hanya 1.963 mmscfd.
Produksi itu ditopang dari Blok Mahakam di Kalimantan Timur. Kemudian Blok Cepu, dan beberapa blok lainnya termasuk yang dikelola PT Pertamina International EP (PIEP) seperti di Aljazair dan Irak. "Kenaikan produksi migas PEP, PEPC dan Mahakam,"kata Meidawati kepada Katadata.co.id akhir pekan lalu.
Tahun ini, Pertamina menganggarkan investasi lebih besar daripada tahun lalu. Direktur Keuangan Pertamina Arif Budiman pernah mengatakan tahun ini perusahaannya siap menggelontorkan dana hingga US$ 5,6 miliar. Padahal realisasi tahun 2017 hanya mencapai US$ 4 miliar. Dari investasi itu, sekitar 55-60% dialokasikan untuk kegiatan hulu migas Pertamina, termasuk untuk akuisisi blok migas di luar negeri.
(Baca: Pertamina EP Tingkatkan Target Produksi Migas Tahun Ini)
Perusahaan pelat merah ini memang tengah mengincar blok migas luar negeri. Salah satunya lapangan minyak Mansouri di Iran. Pertamina menargetkan penandatanganan kontrak Lapangan Mansouri di Iran bisa terlaksana Mei mendatang. Ini mundur dari target awal yakni April 2018. Penyebabnya karena Pertamina harus mencari mitra lainnya untuk berbagi risiko dalam mengelola lapangan minyak itu.