Kementan Minta Impor Gula untuk Konsumsi Dilakukan Bertahap
Kementerian Pertanian meminta impor gula mentah untuk konsumsi masyarakat dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan angka produksi dalam negeri. Pasalnya, keputusan impor gula waktunya berdekatan dengan masa panen.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang mengakui bahwa saat ini memperlukan impor gula untuk kebutuhan konsumsi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gula nasional saat ini masih terdapat kekurangan sebanyak 1,1 juta ton.
“Jangan sekaligus impor 1,1 juta ton,” kata Bambang di Jakarta, Kamis (11/4).
Pasalnya, petani mulai melakukan penggilingan untuk produksi gula pada bulan ini. Sehingga, dia pun menyarankan agar impor baiknya dilakukan pada Juni mendatang.
Selain produksi petani yang mulai panen, Bambang mengatakan ada stok gula yang disimpan oleh Bulog dan pabrik gula sekitar 826 ribu ton. Rencananya, stok yang ada di gudang juga akan diproses ulang agar memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
(Baca : Kementan Usulkan Kenaikan HPP Gula Menjadi Rp 10.500 per kg)
Dengan perhitungan konsumsi gula masyarakat sekitar 225 ribu per bulan, volume impor gula rencananya akan dibuka secara bertahap. “Tahap pertama setengahnya, 550 ribu ton, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, sudah setuju,” ujar Bambang.
Sementara itu, ketika dikonfirmasi guna memastikan berapa volume gula impor akan dibuka, Menteri belum bersedia memberi jawaban.
(Baca juga : Pasokan Berlebih. Kemendag Waspadai Kebocoran Impor Gula Rafinasi)
Asosiasi Pengusaha Gula Indonesia (APGI) sebelumnya mengatakan stok gula nasional sudah mulai menipis. Sehingga, konsumsi gula hingga Mei 2018 bakal dipenuhi dari sisa stok dan produksi tahun tahun lalu yang berakhir pada November dan Desember.
“Panen sudah berakhir sehingga sudah tidak ada produksi lagi,” kata Ketua APGI Piko Njoto Setiadi, beberapa waktu lalu.
Dia menjelaskan kebutuhan rata-rata untuk konsumsi nasional saat ini sebesar 200 ribu hingga 225 ribu ton. Angka tersebut biasanya akan melonjak hingga 20% menjelang Lebaran karena kebutuhan gula untuk bahan baku makanan hari raya lebih tinggi.
Namun peningkatan permintaan ruoanya tak diikuti dengan penimgkatan produksi, lantaran panen baru akan terjadi pada Mei. Karenanya perlu upaya pemerintah dan para pelaku usaha dalam menstabilkan harga, terlebih selama masa Lebaran.
Sementara itu, Ketua Umum Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Sumitro Samadikoen menyarankan impor gula dilakukan melalui Bulog, agar distribusi gula bisa dilakukan ketika terjadi lonjakan harga.
Pasalnya, impor akan mempengaruhi harga pembelian gula petani oleh pedagang. Sehingga, harganya akan terus terdorong ke bawah. “Meski tidak ada larangan tapi pedagang terancam,” tutur Sumitro.