Investasi Kuartal I Rp 185 T, Pemerintah Yakin Target Ekonomi Tercapai
Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) pada triwulan pertama 2018 sebesar Rp 185,3 triliun. Realisasi tersebut meningkat 11,8 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 165,8 triliun. Investasi sebesar ini menyerap 201.239 tenaga kerja Indonesia.
Berdasarkan data tersebut, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) meyakini pencapaian target investasi pada 2018 sebesar Rp 765 triliun dapat tercapai guna menumbuhkan perekonomian pada kisaran 5,4 persen.
Saat ini, realisasi investasi itu mencapai 24 persen dari target. “Kami optimistis target tercapai,” kata Kepal BKPM Thomas Trikasih Lembong di kantornya, Jakarta, Senin (30/4). (Baca: Awal Tahun, Realisasi Investasi Energi Terbarukan 14 % dari Target).
Selama triwulan pertama, realisasi PMDN sebesar Rp 76,4 triliun, naik 11 persen dari Rp 68,8 triliun pada periode yang sama pada 2017. Sementara PMA sebesar Rp 108,9 triliun, menanjak 12,4 persen dari Rp 97 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Di lihat dari lokasi investasi, BKPM mencatat penanaman modal di Jawa Barat menempati peringkat pertama lima besar senilai Rp 37 triliun atau 19,9 persen dari total investasi. DKI Jakarta di urutan kedua, 15,6 persen, dengan modal masuk Rp 28,9 triliun. Di posisi selanjutnya ada Jawa Tengah dengan dana mengalir Rp 16,1 triliun, 8,7 persen, Banten menguasai Rp 15,5 triliun, dan Riau di pringkat kelima 4,9 persen sebesar Rp 9,1 triliun.
Sedangkan realisasi investasi berdasarkan sektor usaha terbesar ialah perumahan, kawasan industri, dan perkantoran sebesar Rp 27,6 triliun atau 14,9 persen; industri logam, mesin dan elektronik Rp 22,7 triliun atau 12,3 persen. Sementara sektor listrik, gas, dan air Rp 19,3 triliun atau 10,4 persen; tanaman pangan dan perkebunan 9,6 persen senilai Rp 17,9 triliun. Adapun investasi di transportasi, gudang, dan telekomunikasi Rp 14,7 triliun atau 7,9 persen.
Khusus investasi dalam negeri, sektor usaha terbesar ialah konstruksi Rp 13 triliun, tanaman pangan dan perkebunan Rp 10,4 triliun, serta transportasi, gudang, dan telekomunikasi Rp 10,3 triliun. Untuk industri makanan Rp 9,6 triliun serta listrik, gas, dan air Rp 7,8 triliun. Apabila seluruh sektor industri digabung, terlihat industri memberikan kontribusi Rp 21,4 triliun atau 28 persen dari total PMDN.
Adapun investasi asing, sektor usaha terbesar yaitu perumahan, kawasan industri, dan perkantoran US$ 1,9 miliar; industri logam dasar, barang logam, mesin, dan elektronik US$ 1,4 miliar; listrik, gas, dan air US$ 0,9 miliar. Untuk pertambangan US$ 0,6 miliar, tanaman pangan dan perkebunan US$ 0,6 miliar. Dari gabungan seluruh sektor ini terlihat industri berkontribusi US$ 3,1 miliar atau 38 persen dari total PMA.
Dari sisi negara penanam modal, Singapura belum tergoyahkan sebagai investor nomor wahid. Investasi yang masuk dari Negeri Singa itu sebesar US$ 2,6 miliar atau 32,6 persen. Baru setelahnya disusul Jepang US$ 1,4 miliar, 16,7 persen; Korea Selatan US$ 0,9 miliar, 11,6 persen; Tiongkok US$ 0,7 miliar, 8,3 persen, dan Hongkong US$ 0,5 miliar atau 6,3 persen. (Baca: Target Investasi Sektor Energi Tahun Ini Turun 25%).
Untuk meningkatan daya saing iklim investasi Indonesia, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) melalui PMK Nomor 35/PMK.010/2018 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan atau tax holiday. Fasilitas fiskal ini diharapkan mendorong peningkatan investasi di bidang-bidang usaha prioritas yang tergolong industri pionir.
Semua realisasi investasi tersebut belum termasuk laporan investasi pada sektor perdagangan secara elektronik (e-commerce). Sebab, perusahaan e-commerce masih kesulitan untuk mengisi Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM). “Saya sangat memaklumi itu karena semua perusahaan e-commerce masih baru, belum terbiasa dengan kewajiban adminstratif,” ujar Lembong.