Investor Minta Imbal Hasil Kelewat Tinggi, Lelang SUN Tanpa Pemenang
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan memutuskan untuk tidak menyerap satu rupiah pun dari lelang Surat Utang Negara (SUN) yang digelar pada Selasa (8/5). Keputusan tersebut diambil lantaran calon investor meminta imbal hasil (yield) yang kelewat tinggi.
Kementerian Keuangan menyatakan, kas pemerintah masih dalam kondisi aman. Adapun realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto sampai saat ini atau sepanjang empat bulan pertama tahun ini telah mencapai 45% dari target yang sebesar Rp 414,52 triliun.
“Posisi kas Pemerintah dalam kondisi yang aman dan tingkat imbal hasil yang disampaikan oleh investor relatif di luar kewajaran yang dapat diterima, maka Pemerintah memutuskan untuk tidak menerima semua penawaran yang disampaikan oleh peserta lelang pada pelaksanaan lelang hari ini,” demikian tertulis dari siaran pers Kementerian Keuangan, Selasa (8/5).
(Baca juga: Lelang Surat Utang Sepi, Pinjaman Asing Bisa jadi Opsi Biayai APBN)
Adapun pemerintah menawarkan lima seri surat utang dalam lelang SUN kali ini, dengan target indikatif sebesar Rp 17 triliun hingga maksimal Rp 25,5 triliun. Adapun permintaan yang masuk tercatat hanya sebesar Rp 7,18 triliun.
Surat utang yang ditawarkan yaitu SPN12180809 yang jatuh tempo pada 9 Agustus 2018, SPN12190510 yang jatuh tempo 10 Mei 2019, dan FR0063, FR0065, serta FR0075 yang masing-masing jatuh tempo pada 15 Mei 2023.
Secara rinci, jumlah penawaran masuk untuk Seri SPN12180809 sebesar Rp 2,2 tiliun dengan yield tertinggi sebesar 5,55% dan terendah 5,05%. Sementara itu, penawaran masuk untuk seri SPN12190510 mencapai Rp 2,3 triliun dengan yield tertinggi sebesar 7% dan terendah 6%.
Kemudian, jumlah penawaran masuk seri FR0063 sebesar Rp 2,06 triliun dengan yield tertinggi 7,7% dan terendah 6,8%. Lalu, seri FR0065 mendapat penawaran masuk sebesar Rp 0,21 triliun dengan yield tertinggi 7,6% dan terendah 7,43%. Terakhir, penawaran masuk untuk seri FR0075 sebesar Rp 0,42 triliun dengan yield tertinggi 7,95% dan terendah 7,7%.
Adapun sebelum ini, penyerapan SBN juga tercatat semakin turun seiring dengan penurunan drastis permintaan dari investor dan yield yang tinggi. Meski begitu, Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting menyakinkan, pemerintah sudah menyiapkan alternatif untuk mengamankan target pembiayaan guna menutup defisit APBN.
Ia pun membenarkan adanya kemungkinan beberapa persen dari target penerbitan SBN digeser menjadi pinjaman luar negeri dari lembaga internasional maupun negara lain. “Kemungkinan tersebut ada,” kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis (3/5). Alternatif sumber pembiayaan, menurut dia, selalu disiapkan pemerintah, jadi bukan baru disiapkan setelah lelang SBN sepi peminat.