Sebelum Ledakan Bom Surabaya, Polisi Tembak Mati Teroris di Jawa Barat
Sebelum peristiwa bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menangkap dan menembak mati teroris di tiga tempat berbeda. Empat terduga teroris di antaranya tertembak mati di Terminal Pasirhayam, Desa Sirnagalih Kecamatan Cilaku, Cianjur, Jawa Barat, Minggu (13/5) dini hari.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan empat orang ini merupakan kelompok sel-sel tidur teroris dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Kelompok JAD memiliki ideologi ISIS dan pimpinan JAD Aman Abdurahman telah telah berbaiat dengan ISIS.
"Mereka adalah kelompok JAD Jabodetabek dipimpin K dan DS yang merupakan napi terorisme di Nusakambangan," kata Setyo dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Minggu (13/5).
(Baca juga: Bom Tiga Gereja di Surabaya Diduga Terorganisir dengan Baik)
Empat teroris ini diduga akan menyerang kantor polisi di wilayah Jakarta, Bandung dan Mako Brimob Kelapa Dua. Mereka telah menyiapkan diri dengan senjata api dan busur panah yang dipasangkan alat peledak.
Setyo menyatakan anggota Densus 88 Antiteror saat ini terus mengejar kelompok JAD yang dikhawatirkan menyiapkan serangan di tempat lain. Setyo mengatakan, kelompok menjadikan polisi dan kantor polisi sebagai target utama serangan.
Setyo mengatakan, keempat terduga teroris tersebut bernama Batti Bagus Nugraga (21), Dwi Cahyo Nugroho (23), Agus Riyadi (33), dan Haji Saputra (24). Awalnya keempat terduga teroris tersebut telah diikuti pergerakannya oleh petugas sejak dari Sukabumi.
Keempatnya kemudian menggunakan mobil Honda Brio warna abu-abu bernomor polisi F 1416 UZ dan melintasi Cianjur. Ketika itu, keempat terduga teroris mengetahui jika sedang dibuntuti sehingga melarikan diri ke kawasan terminal.
"Saat diberhentikan petugas, keempat teroris melawan dengan mengacungkan senjata api," kata Setyo.
Pada waktu yang hampir bersamaan, polisi juga menembak mati Musfahul Imam alias Abu Baro di Cikarang Selatan Bekasi pada Minggu dini hari dan seorang bernisial G di Sukabumi. Setyo mengatakan, pelaku merupakan anggota sel tidur yang aktif dari jaringan JAD yang diduga melakukan penyerangan di beberapa lokasi di Jabodetabek.
"Pelaku melakukan pelatihan semi militer di Sukabumi dalam rangka perencanaan amaliyah kelompok jaringan JAD Jabodetabek," kata Setyo.
(Baca juga: Muhammadiyah dan Maarif Institute Kutuk Teror Bom Surabaya)
Peristiwa penangkapan teroris ini sebelum ledakan bom bunuh diri terjadi dalam waktu berdekatan di tiga gereja. Ledakan terjadi Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat di Jalan Arjuna.
Ledakan pertama terjadi di Gereja Maria Tak Tercela, yaitu pada sekitar pukul 07.30 WIB. Dua ledakan selanjutnya terjadi masing-masing lima menit setelah ledakan pertama. Hingga saat ini, ledakan tersebut menyebabkan 11 orang tewas dan 41 orang mengalami luka.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, bom bunuh diri di GKI Diponegoro diduga dilakukan seorang perempuan dan dua anak di halaman gereja. Sedangkan ledakan bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat diduga berasal dari kendaraan roda empat.
Sementara berdasarkan kamera CCTV, ledakan di Gereja Santa Maria diduga berasal dari bom bunuh diri seorang sepeda motor yang berada di dekat pos satpam gereja.