Generasi Milenal Lebih Tertarik Beli Rumah untuk Investasi
Generasi milenial memilih membeli rumah untuk diinvestasikan ketimbang ditinggali. Rumah123 menyebut, generasi ini menyadari pentingnya kepemilikan properti, namun pendapatannya belum cukup untuk membeli rumah sesuai standar mereka.
"Kami temukan kecenderungan milenial mulai berniat untuk investasi di properti. Kalau tidak beli dari sekarang, nanti tidak bisa beli," kata Country Generasi Manager Rumah123 Ignatius Untung saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (15/5).
Survei Rumah123 mendapati bahwa tahun lalu, komposisi investor hanya 4,43% dari total pembeli properti, tetapi tahun ini porsinya naik menjadi 27,3%. Hal ini menunjukkan bahwa ada peran generasi milenial yang berencana membeli properti untuk investasi.
"Kajian ini memang dihitung dari calon pembeli, yang sebagian merupakan generasi milenial, dan berniat membeli rumah untuk investasi," kata Ignatius.
(Baca: Masyarakat Kelas Menengah Berhemat, Penjualan Rumah Melambat)
Sebanyak 60,3% dari responden usia 20-28 tahun berniat membeli rumah untuk diinvestasikan. Lalu usia 29-35 tahun, 75,2% di antaranya berencana investasi properti. Adapun jenis properti yang banyak dibeli generasi milenial unuk investasi adalah apartemen.
Sementara itu, sebanyak 80% dari responden usai 35 tahun ke atas berniat investasi properti. Yang menurut Ignatius wajar jika masyarakat usia 35 tahun ke atas berinvestasi, karena sudah memiliki rumah sendiri. "Generasi X itu mau berproses. Kalau generasi milenial tidak mau kompromi banyak atas rumah yang mereka mau," ujar dia.
Hanya, ada beberapa kendala yang dihadapi generasi milenial untuk membeli rumah baik untuk ditinggali atau diinvestasikan. Pertama, uang muka (down payment/DP) yang tinggi. Sebanyak 43% dari responden berpenghasilan Rp 10 juta ke bawah, kesulitan memenuhi DP. Lalu, sebanyak 43,6% dari responden berpenghasilan Rp 10 juta ke atas tak mampu membayar DP.
(Baca: Survei HSBC: Generasi Milenial Ingin Pensiun Di Usia Lebih Muda)
Kedua, penghasilan tidak cukup untuk pembayaran bulanan. Ketiga, ada banyak cicilan yang harus dibayarkan setiap bulannya. Ia mencatat, mayoritas generasi milenial memiliki kartu kredit untuk keperluan konsumsi. Alhasil, tunggakan per bulannya cukup menguras penghasilan. Keempat, ada kekhawatiran dipecat.
Adapun survei ini melibatkan 1.922 responden. Survei ini dilakukan selama 13 Maret-27 April 2018. Sebanyak 21,8% di antaranya berusia 22-28 tahun. Lalu 31,7% berusia 29-35 tahun dan 33,1% berusia 36-45 tahun. Sedangkan sisanya berusia 45 tahun ke atas.