Kerek Bunga Acuan, BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Tetap 5,1-5,5%
Bank Indonesia (BI) akhirnya mengerek bunga acuan BI 7 Days Repo Rate sebesar 0,25% menjadi 4,5%. Meski bunga acuan naik, BI tidak mengubah prediksinya mengenai pertumbuhan ekonomi tahun ini.
“Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2018 tetap berada pada kisaran 5,1-5,5%,” demikian tertulis dalam keterangan persnya, Kamis (17/5). Adapun pemerintah membidik pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% tahun ini, lebih tinggi dari tahun lalu 5,07%.
(Baca juga: Ketidakpastian Global Meningkat, BI Kerek Bunga Acuan 0,25% Jadi 4,5%)
Sejauh ini, BI menilai pertumbuhan ekonomi cukup baik. Pada kuartal I, ekonomi tercatat tumbuh 5,06% secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu 5,01%. Penopangnya, investasi yang naik dan konsumsi rumah tangga yang tetap kuat.
Investasi tumbuh 7,95% secara tahunan, atau yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. “Pertumbuhan investasi terutama didorong investasi nonbangunan yang membaik untuk mendukung kebutuhan proses produksi yang meningkat,” demikian tertulis. Investasi bangunan juga masih tumbuh tinggi seiring dengan proyek infrastruktur Pemerintah.
Di sisi lain, konsumsi swasta dinilai tetap kuat terutama didorong oleh meningkatnya belanja terkait penyelenggaraan Pilkada. “Kuatnya permintaan domestik kemudian mendorong pertumbuhan impor yang cukup tinggi, khususnya impor barang modal dan bahan baku,” demikian tertulis.
(Baca juga: Likuiditas Banyak, OJK: Bunga Bank Tidak Otomatis Terkerek Bunga Acuan)
Sementara itu, ekspor tetap tumbuh, meskipun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya. BI mencatat, secara spasial, perbaikan kinerja ekonomi terjadi di wilayah Jawa, Bali, Maluku, dan Papua.
Optimisme BI soal pertumbuhan ekonomi domestik juga seiring dengan pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi semakin baik. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan mencapai 3,9% tahun ini, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,8%.
Perbaikan ekonomi global di antaranya disokong oleh akselerasi ekonomi Amerika Serikat (AS) yang bersumber dari penguatan investasi dan konsumsi. Selain itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi Eropa yang didukung oleh perbaikan ekspor dan konsumsi serta kebijakan moneter yang akomodatif.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga diperkirakan tetap cukup tinggi ditopang kenaikan konsumsi dan investasi swasta serta proses penyesuaian ekonomi yang berjalan dengan baik. “Prospek pemulihan ekonomi global yang membaik tersebut akan meningkatkan volume perdagangan dunia,” demikian tertulis. Seiring kondisi tersebut, harga komoditas termasuk minyak diprediksi tetap kuat.
Meski begitu, risiko perkembangan perekonomian global tetap perlu diwaspadai. Beberapa risiko yang dimaksud di antaranya kenaikan bunga acuan AS, imbal hasil surat utang AS, kenaikan harga minyak, ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok, serta isu geopolitik terkait pembatalan kesepakatan nuklir antara AS dan Iran.