Amartha, Spesialis Pemberi Kredit Mikro bagi Perempuan

Desy Setyowati
26 Mei 2018, 07:00
Amartha
Katadata/Desy Setyowati
Dari kiri: Peminjam Amartha, Ratna Nurhayati; CEO and Founder Amartha Andi Taufan Garuda Putra; Kepala Perizinan dan Pengawasan Fintech Direktorat Kelembagaan dan Produk Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Alvin Taulu; Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) Bhima Yudistira dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (22/5).

Bagi sebagian orang, mendapat pinjaman Rp 500 ribu untuk modal usaha bukan perkara gampang. Ratna Nurhayati sampai menangis menceritakan masa suram yang dialaminya pada 2010 tahun lalu.

Tinggal di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, istri penjual tahu keliling ini sempat khawatir tak bisa menyekolahkan kelima anaknya. "Untuk makan sehari-hari saja rasanya sulit," kata dia dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (22/5).

Advertisement

Tanpa rekening bank dan aset yang bisa dijaminkan, ia pun nekat mengambil tawaran pinjaman lunak dari Amartha. Uang Rp 500 ribu yang diterimanya saat itu digunakannya untuk membuat 10 lembar keset yang dijualnya sendiri. Lambat laun, usahanya berkembang dan melibatkan ibu-ibu lain di lingkungannya.

Kini, perempuan 48 tahun itu telah mendapat pendanaan ketujuh dari PT Amartha Mikro Fintek senilai Rp 10 juta. Usahanya pun berkembang, tak lagi hanya membuat keset tetapi juga mendistribusikan sayur-mayur ke beberapa daerah. Anak yang dulu ia takutkan putus sekolah, kini akan melanjutkan kuliah. Ratna juga sudah memiliki uang untuk merenovasi rumah. "Saya menabung buat keluarga dan supaya bisa membayar cicilan tepat waktu," kata dia.

Ratna adalah salah satu mitra debitor pertama Amartha. Berdiri sejak 2010, kini Amartha telah menyalurkan total pembiayaan sebesar Rp 410,58 miliar kepada 105.463 pengusaha kecil seperti Ratna di 532 desa di 15 kabupaten.

(Baca juga: Asosiasi Fintech Susun Kode Etik soal Transparansi dan Akuntabilitas)

CEO and Founder Amartha Andi Taufan Garuda Putra menyatakan, tak ada kredit macet di perusahaannya. Sementara tingkat ketepatan waktu pembayaran mencapai 99,84%

Rahasianya, kata Andi, adalah tim di lapangan yang bertugas mengkaji penduduk yang membutuhkan pinjaman. Setiap pekan, tim ini menyambangi rumah-rumah peminjam untuk menagih cicilan dan memberi arahan seputar pengelolaan keuangan. Dengan begitu, Amartha bisa memastikan usaha peminjam berkembang sehingga bisa melunasi pinjaman.

Bermula sebagai lembaga keuangan mikro dengan plavon pinjaman Rp 500 ribu per orang, pada 2016 Amartha berkembang menjadi perusahaan financial technology (fintech) peer to peer lending. Plavon pinjaman kemudian dinaikkan menjadi Rp 3 juta dan menyasar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang dikelola perempuan.

Mengapa perempuan? Sebab menurut Andi, perempuan dianggap paling berkomitmen dan tepat waktu membayar utangnya. "75% peminjam kami lulusan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Sebanyak 50% merupakan usia produktif," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement